Tampilkan postingan dengan label Pemerkosaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemerkosaan. Tampilkan semua postingan

Warung Remang-Remang

Diposting oleh Unknown on Senin, 08 Juli 2013

Warung yang menjual minuman keras itu , terletak jauh dari keramaian di pinggir kota . Warung itu selalu buka dan hampir tak pernah tutup . Hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki pemabuk, preman, bandit , rampok , pembuat onar. Tempat itu menjadi sarang penjahat . Sejumlah preman terlihat sedang asik minum-minum. Empat dari mereka bermain kartu remi yang sudah lusuh . dan yang lima lainnya sedang berbicara dengan Rony. Mereka sedang merencanakan perampokan terhadap toko emas di kota Setelah berbicara cukup lama , Rony menyalakan Rokoknya , lalu berjalan ke luar warung . Matanya menerawang jauh , menatap jalan kecil yang mulai gelap itu . Sampai matanya agak memicing , karena silau , tersorot lampu mobil . Suzuki Carry itu tepat berhenti di samping Rony . Perlahan kaca gelap mobil itu terbuka , dan terlihat sosok gadis muda . “ malam pak , numpang tanya , perumahan cemara indah , dimana pak..” suara gadis itu begitu lembut , membuat birahi Rony jadi bangkit . Rony menatap gadis itu , dia tersenyum , di otaknya mencari cara , untuk memperdaya gadis itu . “ sebenarnya bisa lewat jalan ini terus lurus , tapi jalan di depan ada galian kabel , jadi harus muter , terus lewat gang kecil di sebelah sana..” kata ronny membohonginya . “ Oh , lewat jalan gang .. yang mana yah pak..” kata gadis itu lagi . “ wah jalannya sempit dan rusak , terus agak belok belok..” kata Rony lagi . Gadis itu diam , sepertinya binggung . “ begini saja , biar saya antar , saya naik motor , nanti kamu ikuti motor saya ..” kata Rony . Gadis itu tersenyum , “ wah , terima kasih , jadi repotin bapak saja nih..” . Rony tersenyum , jantungnya berdetak lebih cepat , rencananya sudah makin mendekati ke mangsanya . Rony tersenyum lagi lalu berkata “ tidak apa apa koq , tapi saya mau makan dulu yah.. di warung dalam sana .. kamu tunggu saja sebentar..” . Rony berencana , untuk mengepungnya bersama teman temannya dan membawanya masuk ke warung itu . Tapi di luar dugaan Rony , gadis itu malah turun dari mobil suzuki carry itu. “ eh pak , saya juga agak haus .. saya ingin minum juga..” katanya . Itu langkah yang salah , gadis itu tak menyadari banyak serigala lapar di dalam sana
Rony tersenyum sekali lagi , dan menatap gadis itu . Yang berpakaian seksi dan sensual. Dia mengenakan gaun pesta . Bagian dadanya lumayan rendah membuat belahan dadanya agak terlihat .
Buah dada gadis itu tidak besar, tapi padat dan bulat, dan tetap mengacung walaupun ia tidak mengenakan BH sekalipun. Pantatnya juga terlihat bulat di tutupi oleh gaun pesta itu. Panjang gaun malam itu hanya sampai sepuluh senti di atas lutut , membuat kakinya yang panjang terlihat jelas, halus, putih mulus. Karena ketatnya gaun yang ia pakai, gadis itu berjalan perlahan, masuk ke dalam warung itu. Rambutnya yang berwarna kecoklatan jatuh tergerai di punggungnya. Setelah gadis itu berada di dalam warung itu , Dia tidak yakin apakah memang tempat ini yang baik , setelah matanya melihat keadaan di sekelilingnya. Ia sendiri harus bertanya beberapa kali kenapa bisa sampai ke tempat ini. Gadis itu mulai grogi , dia terus dekat Rony yang asik melahap mie instan rebus , lalu memutuskan untuk memesan teh botol dan sambil berdiri menunggu sebentar. Keempat orang yang sedang bermain kartu remi memandanginya dengan mata melotot penuh nafsu birahi .Gadis itu sendiri merasa merinding ketika matanya menatap mata mereka. Mereka menjilati bibir mereka setiap kali mata Selly beradu pandang dengan mereka. Tak lama , suasana semakin memanas . “ pak , ayo tolong antarkan saya.” kata gadis itu pada Romy . Rony tersenyum “ sabar yah , oh iyah nama kamu siapa sih ” . Gadis itu tak menjawab . Tapi Rony bertanya lagi “ eh , nama kamu siapa ?” . “ Linda “ jawabnya singkat. “ Oh nama eloe bagus juga , “ kata Rony . Linda berkata lagi “ ayo pak , nanti saya bayar ongkosnya , tolong bapak antar saya sekarang “ . Rony tersenyum sinis , lalu tangannya hinggap di pantat Linda dan merabanya . Gadis itu tersendak “ eh.. jangan kurang ajar yah..” katanya . Rony tersenyum menyeringai “ he he he baru gitu aja eleo udah marah , gimana kalo gua entot loe..” . Nada bicara Rony berubah , yang tadinya lembut ,sekarang jadi kasar . Linda menyadarinya , ini tidak baik . Segera dia menuju ke pintu , untuk pergi dari sana . Tapi terlambat , dua orang bandit berada di depan pintu . Mereka berdiri sambil mengusapi selangkangan mereka . "Hei Non, gimana kalo loe buka baju eleo , jadi kita bisa senang senang!" seseorang dari mereka berkata. "Gimana kalo kita nyanyi sama-sama , sambil telanjang Non?" yang lain menimpali. Linda mulai panik , “ minggir , saya mau pergi ..” katanya . Tapi seseorang segera mendekatinya dan menempatkan tangannya di bahunya serta mendorongnya duduk di kursi sementara preman itu sendiri duduk di sebelah Linda. “ Hei , apa apa nih..” kata Linda Kemudian tanpa aba aba , preman itu menjilat dan mencium telinga Linda .Linda berontak , dan menjerit “ apa apa nih , bajingan… “ . Lalu tangan Linda reflek menampar pipi preman itu . Teman temannya yang lain tertawa tawa . Tiba tiba , preman itu mencabut belatinya , dan menancap belati itu di kursi kayu yang di duduki Linda , tepat di antar kedua paha Linda . Untungnya belati itu tak sampai melukai pahanya . Linda hanya bisa memandangi belati mengkilap itu dengan mulut terbuka tak percaya kejadian ini harus menimpa dirinya . Ketika Linda tidak mengatakan apa-apa, orang itu memasukkan tangannya ke dalam gaun Linda, merabai pahanya dan berusaha membuka kaki Linda. “ Hei , apa apa nih tolong , jangan “ . Linda meronta dan memandang sekelilingnya dengan tatapan memelas mohon pertolongan. “ Hei , jangan gangu dia , dia milik gua..” bentak Rony . Dan preman itu melepaskan tangannya . Rony segera mendekati pintu dan menguncinya. Dua orang preman memegang tangan Linda yang terus berusaha meronta dan menjerit, “ Tolong.. tolong… lepaskan… jangan…” dari atas tempat duduknya. Kedua laki-laki itu berkata “ yah terus menjerit .. gua suka dengar suara jeritan eleo…” Wajah Linda memutih pucat ketakutan, dan memohon pada mereka untuk melepaskan dirinya. Tapi dua dari preman itu segera menarik tangannya , dan membawanya ke meja kayu , yang biasa dipakai buat makan . Linda terus meronta . Tangan preman itu menjambak rambutnya . Akhirnya mereka berhasil membawa dan membaringkan Linda di meja kayu itu . Kemudian kedua tangannya di ikat pada kaki meja . Kini tangan linda , terikat terbuka , satu ke kiri dan satu kekanan . Kini Linda terbaring tak berdaya , dengan tangan terikat seperti di salib . Hanya kakinya yang bergerak menendang nendang tanpa arah . Juga jerit tangisnya yang memilu . “ Yah , terus berontak , gua suka sekali melihatnya..” kata Rony tertawa . Linda terus berontak , dan menangis memohon dilepaskan . Tapi Rony hanya tertawa . “ eh , eloe orang minggir , liatin gua aja yah , cewek ini punya gua..” kata Rony pada teman temannya. Teman temannya hanya tertawa tawa . Lalu Rony segera merobek gaun Linda , dengan bantuan belatinya . Sekali tarik gaun itu lepas seluruhnya di sertai jeritan Linda . Semua mata langsung tertuju pada tubuh Linda yang hanya memakai celana dalam hitam , dan juga bra yang hitam . Rony merangkak naik keatas meja . Tapi Linda segera menedangnya . Rony cepat tanggap ,menangkis tendangannya , lalu memukul keras perutnya , Linda menjerit kesakitan “ aduh , ampun jangan pukul…” . Rony pun turun lagi , dan mengikat kedua kakinya pada kaki meja itu . Kini Linda benar benar tak berkutik . Dia terikat diatas meja dengan kaki terbuka lebar. “ Ha ha cewek sialan loe , ayo berontak lagi..” kata Rony. Linda hanya bisa menitikan air mata . Dan Rony pun segera mendekatkan mukanya pada selangkanan Linda , menciumi aroma vaginanya yang masih terbungkus celana dalamnya. Linda mengelijing dan memohon “ tolong hentikan jangan lakukan ini…” . Tapi itu sia sia saja . Rony terus saja menciumi celana dalamnya , dan tak lama dengan belatinya itu dia merobek celana dalam dan Bra Linda . Kini tubuh Linda terbuka , tanpa sehelai benang pun . Rony menatap tubuh telanjang gadis itu , demikian juga preman preman bejat lainnya. Buah dada Linda yang montok , vaginanya yang kecil dengan sedikit bulu bulu kemaluannya. Rony segera mendekat ke vaginanya . Dengan dua jarinya dia membuka lebar bibir vagina Linda .” wah , memek eloe masih bagus yah , apa eloe masih perawan..” kata Rony. Linda tak menjawab , hanya terisak tangis . Rony pun mejulurkan lidah menjilati klitorisnya . Linda mengelijing dan meronta “ sudah tolong hentikan ” . Rony terus saja bernafsu melumat vagina Linda . Membuat Linda terus mengelijing . “ aghhh “ jerit Linda , ketika Rony memasukan dua jarinya ke liang wanita Linda . Jari Rony menyolok nyolok vagina linda dengan cepat . Jerit kesakita Linda , malah semakin membuat gerakkan jari Rony Liar . Rony mengorek ngorek liang vagina linda . Lalu menarik jarinya keluar. Rony mencabut jarinya , menatap jarinya yang basah , menyeringai , lalu kembali memasukan jarinya di liang vaginanya . “ rupanya , eloe udah gak perawan yah.. dasar perek ” ejek Rony . Kembali jarinya menyodok nyodok vagina Linda , membuat Linda mengeram pedih. Setelah Rony puas memainkan vaginanya , Rony melepaskan ikatan Linda dan langsung menariknya turun dari meja kayu itu .Linda tersungkur di lantai , dan Rony membuka celananya . Penis ngacung keras. Tiba-tiba, Rony menjambak rambut Linda dan menariknya , Linda menjerit kesakitan “ ahhhh , tolong ampun…” . Rony memerintahkan Linda untuk segera mengulumnya dan jika ia berani mengigit penisnya, ia akan merontokan gigi Linda . Rony memajukan penisnya mendekati muka Linda , penisnya yang sudah tegang dan keras, ia menjepit hidung Linda untuk membuat Linda membuka mulutnya. Linda meronta , tapi Kembali Linda menjerit keras , “ Ahhhh … “ ketika satu pululan tepat di mukanya Ketika Linda kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, Rony segera mendorong penisnya ke dalam mulut Linda. dan mulai mendorong dan menarik kepala Linda. Kepala Linda bergerak maju dan mundur tanpa henti, terus menerus. Lipstik Linda yang berwarna merah menempel di batang penis yang ada di mulutnya. Dan ketika kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Linda tersedak, tapi Rony tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Linda. Air mata mulai meleleh di pipinya . Sambil Linda dipegangi hingga tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya. Rony kemudian menarik penisnya keluar , lalu mendorong lagi. Setelah kira kira 10 menit , Rony menekan masuk penisnya . Linda tersedak , dan terasa sperma Rony muncrat di tenggorokkannya . Setelah penis itu benar benar terlepas dari mulutnya , Linda segerah memuntahkan sperma yang memenuhi mulutnya. Seorang dengan perut buncit , tangannya penuh tatto segera menghapiri Linda.Membuka resleting celananya , Tangannya kemudian menjambak rambut Linda dan mulai mendorong masuk penisnya dalam mulut linda mengantikan Rony Menggerakan penisnya dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Linda. Semua orang dapat mendengar suara dahi Linda yang menumbuk perut orang itu, dan erangan Linda yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya. Ketika laki-laki itu akan mengalami orgasem ia mendorong kepala Linda hingga hidung Linda terbenam di dalam rambut kemaluan orang itu tanpa bisa menarik nafas. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Linda. Dan dari sudut mulut Linda sperma menyemprot keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Linda. Kemudian orang itu mulai bergerak lagi tanpa henti. Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Linda .Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Linda, Linda megap-megap menarik nafas dan terbatuk-batuk memuntahkan sperma yang masih ada di tenggorokannya. Dua orang kemudian memegangi Linda sementara yang lain mulai melepaskan pakaian mereka. Linda sendiri tak berdaya untuk melarikan diri, setelah baru saja ia mengalami shock. Ketika semuanya telah telanjang bulat, kembali Linda diangkat dan diletakan di atas meja kayu dan langsung dipegangi oleh empat orang laki-laki, setiap orang memegangi tangan dan kakinya. Kaki Linda terbuka lebar dan tubuhnya telentang. Rony kembali mendekat dan naik ke atas meja. Perlahan ia menggosokan penisnya yang besar ke kaki Linda. Yang lain hanya bisa memandang iri pada penis Rony yang panjangnya hingga 25 senti dan selalu ia yang mendapat kesempatan pertama. Rony memerintahkan orang di dekat kepala Linda untuk mengangkat kepala Linda hingga Linda bisa melihat ketika penis Rony mulai masuk ke vagina Linda. Orang yang memegangi kaki Linda berusaha membuka kaki Linda lebih lebar. Dengan satu kali dorongan keras, penis Rony dengan keras memasuki vagina Linda. Linda menjerit sekeras-kerasnya, “ AaHHHGG . . .” dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Rony memperkosa dirinya.
Rony sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Linda. Ia menyeringai setiap kali Linda menjerit kesakitan.
Ketika Rony sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Linda dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh Linda. Mereka mulai dengan memainkan buah dada Linda dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Linda terus menjerit , pilu “ ahhhggg ampun Ahhhh hentikan tolong….” . Kaki Linda diangkat tinggi-tinggi dari atas meja sementara tangan-tangan merabainya, menikmati halusnya kaki Linda. Beberapa menit kemudian jeritan Linda hanya tinggal erangan dan rintihan tapi Rony tetap memperkosa Linda tanpa henti, terus bergerak makin cepat. Setelah lama kemudian, Rony menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Linda, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga. Kepala Linda terdongak dan jeritan melengking terdengar, melolong panjang keluar dari mulut Linda “ AGHHHH………”. Rony mengejang beberapa saat penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Linda. Setelah Rony mencabut penis , spermanya pun berhamburan keluar dari liang vagina Linda yang membengkak dan memar. Laki-laki yang lain kemudian melepaskan pegangan Linda dan bertengkar mengenai giliran siapa selanjutnya. Linda hanya bisa berbaring , menangis , tubuhnya menjejang kesakitan . kaki dan tangannya masih terbuka lebar, ia menangis histeris. Ia telah diperkosa , dilecehkan, harga dirinya di injak injak . “Eh perek , kenapa nangis , Loe mustinya nikmatin, soalnya masih banyak cowok yang antri , semua mau cobain memek eloe kita baru aja mulai!" katanya pada Linda. Seorang laki-laki segera naik ke atas meja setelah Rony turun. Sekarang, Linda dapat merasakan bagaimana bibir vaginanya perlahan membuka kembali dan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajah Linda, ketika ia merasa tubuhnya seperti dirobek oleh penis yang masuk.Linda mengerang lagi “ aghhh sakit…” "Loe jangan belagu deh! Kalo lo nggak suka sama punya gue atau punya temen gue tadi, masih ada yang laen! Cepet atau lambat lo pasti temuin yang lo suka!" bentak orang itu. Perkataan orang itu membuat apa yang telah ia takutkan selama ini menjadi nyata. Linda akan diperkosa bergantian oleh seluruh orang yang ada di bar itu. Dan ia tidak punya pilihan sama sekali. Linda hanya bisa menyerahkan dirinya dan melayani mereka hingga selesai. Sekarang Linda hanya berharap ia bisa keluar dari situ hidup-hidup, dan berharap tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah ia alami. Tak lama preman itu menyemburkan spermanya ke dalam vagina Linda yang sudah terisi oleh sperma Rony. Lalu dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu, kemudian laki-laki lain menyusul, setelah itu temannya juga mulai memperkosa Linda. Linda tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan ia sudah kehabisan tenaga melayani laki-laki itu. Linda lalu menangis dan memohon pada semuanya agar melepaskan dirinya.” Sudah tolong lah Ahhh saya , sudah tak kuat , ahhh sakit…” .Tapi Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dada Linda keras-keras hingga Linda menjerit kesakitan. “ AHHGGG sakit hentikan tolong…” . Dan menarik puting susunya dengan kuat “ AGHH sakit ampunnn…” "Jangan berisik! Lo belon ngelayanin temen-temen gue! Masih ada lima orang lagi!" bentaknya pada Linda. Tiba-tiba orang itu menarik penisnya keluar dan merangkak ke dada Linda. Linda sudah sangat ketakutan sekarang hingga ia hanya bisa berbaring dengan mata terpejam erat, menunggu orang selanjutnya yang akan mengambil giliran memperkosanya. Ia sama sekali tidak menyadari orang yang baru saja memperkosanya mengarahkan penisnya ke muka Linda. Dan tepat sebelum orang itu orgasme Linda membuka matanya. Sperma segera menyembur ke seluruh wajah Linda. Sehingga seluruh sperma itu keluar menyembur dari penis itu. Ketika orang itu puas ia menarik rambut Linda dan menamparkan penisnya ke wajah Linda. "satu-satunya yang boleh loe mohon cuma ini tau? Loe sendiri yang masuk ke sini pake pakaian merangsang kayak perek , dan loe mohon kita berhenti? Lo bercanda apa? Lo musti ngelayanin kita sampe kita nggak bisa bangun lagi! Ngerti" Orang itu membentak Linda.
Lima orang terakhir kemudian mengambil giliran masing-masing dan memperlakukan Linda sama dengan orang sebelumnya. Ketika hampir orgasme, mereka menarik penisnya keluar, merangkak di atas dada Linda, dan memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Linda kemudian menarik rambut Linda untuk membersihkan penis mereka. Dan ketika orang yang terakhir selesai Linda berbaring hampir tak sadarkan diri. Wajah, buah dada, dan puting susu Linda seluruhnya dilumuri sperma. Sperma itu mengalir turun dari sisi wajahnya, masuk ke telinga dan leher Linda. Linda tidak bisa membuka matanya karena semuanya tertutup oleh sperma. Linda harus bernafas melalui mulutnya karena sperma sudah masuk ke hidungnya. Rambut Linda yang kecoklatan terlihat kusut karena terkena sperma yang mengering di rambutnya. Ketika orang-orang itu beristirahat sejenak, Linda hanya berbaring di atas meja , kakinya terbuka lebar dan sperma mengalir keluar dari vaginanya, menunggu orang selanjutnya memperkosa dirinya. Vagina Linda tampak memar, memerah, dan terasa sakit karena baru saja dimasuki sepuluh orang bergantian tanpa henti. Dua orang menarik tubuh Linda turun dari meja itu dan menyeretnya ke kamar mandi. Mereka kemudian membersihkan tubuh Linda dengan kertas tisu yang kasar dari sperma yang menempel. Dan ketika tubuhnya diseret keluar lagi, Linda melihat meja tadi telah dipindahkan ke pinggir ruangan. Di tengah ruangan itu sekarang tergelar matras kusam dan delapan laki-laki telanjang bulat berdiri mengelilinginya. Linda didorong ke tengah-tengah lingkarang orang itu, hingga ia terjatuh ke atas matras, tubuhnya tersungkur tak berdaya untuk mengangkat tubuhnya. Linda merasakan tangan-tangan di seluruh tubuhnya mulai menarik, mendorong dan mengangkat tubuhnya. Ketika Linda membuka matanya ia melihat seseorang telah berbaring telentang di bawah tubuhnya. Orang itu adalah si Rony, dan penisnya sudah tegak berdiri. Kedua bibir vagina Linda kemudian dibuka oleh dua pasang jari-jari ketika perlahan tubuh Linda diturunkan mengarah ke penis Rony. Dengan sisa-sisa sperma yang ada, penis itu dapat lebih mudah masuk ke dalam vagina Linda. Dan Linda sendiri hanya mengerang, merasakan kembali sakit “ Ahggg Aghh perih tolong hentikan sudahh..” Seseorang kemudian menarik rambutnya, dan sebuah penis lain mendekati mulutnya. Linda dengan perlahan membuka mulutnya, berharap mereka tidak akan menyakitinya jika ia menuruti kemauan mereka. Penis itu masuk hingga ke tenggorokan Linda dan berhenti tak bergerak. Selanjutnya Linda merasakan sebuah tangan mendorong tubuhnya hingga turun. Kemudian tangan-tangan lain mulai membuka belahan pantatnya. Linda panik dan berusaha merangkak menjauhi tangan-tangan itu. Dengan merangkak Linda membuat penis di mulutnya masuk makin dalam ke tenggorokannya. "Hei, lo suka juga akhirnya! Kalo gitu ayo mulai aja sayang!" kata orang yang memasukan penisnya ke mulut Linda sambil tersenyum. Ia mulai menggerakan pinggulnya secepat dan sekuat tenaga. Tubuh Linda yang terdorong mundur karena gerakan orang itu, disambut dengan sebuah penis lain di liang anusnya. Sekarang rasa sakit yang perlahan mulai hilang dari tubuh Linda, kembali menyengat seluruh tubuhnya. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, sakit yang tidak pernah dirasakan Linda sebelumnya. Pikiran Linda menjerit-jerit kesakitan, sedangkan mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas diredam oleh penis yang keluar masuk. Rasa sakit itu makin menjadi-jadi, ketika ketiga orang itu mulai bergerak berirama. Tubuh Linda seperti terkoyak-koyak ketika penis-penis itu bergantian keluar masuk di dalam vagina dan anusnya. Dua orang kemudian mendekat memegangi tubuh Linda hingga ia tidak terjatuh ke samping. Semua lubang di tubuh Linda, mulut, vagina dan anus dipergunakan oleh mereka untuk memuaskan nafsu mereka secara bersamaan. Kemudian dua orang terkakhir tadi menarik tangan Linda, melingkarkan jari-jari Linda di penis mereka dan menyuruhnya untuk mulai mengocok penis-penis mereka, sementara dua orang lainnya berlutut di samping Linda, dan menarik buah dadanya untuk kemudian digosokan pada penis mereka. Sekarang Linda sudah dalam keadaan berlutut, tubuhnya bergoyang maju mundur. Tujuh dari sepuluh orang itu terus-menerus menggunakan tubuh Linda untuk membuat mereka puas. Tidak seorang pun peduli dan melihat bahwa Linda sama sekali tidak bisa bergerak. Semuanya tampak sangat bernafsu memperoleh bagian tubuh Linda. Setelah beberapa menit rasa sakit itu mulai bisa ditekan oleh Linda. Linda terus memejamkan matanya karena ia tidak ingin melihat bagaiman orang-orang itu mempergunakan tubuhnya untuk memuaskan mereka. Ia hanya berharap semua itu segera selesai, karena dirinya hampir tidak bisa lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Orang di anus Linda lebih dulu orgasme. Ketika ia selesai dan menarik penisnya keluar, orang lain maju dan dengan mempergunakan sperma orang yang pertama, ia melumasi penisnya dan memasukannya ke anus Linda. Lalu orang di mulutnya menyemburkan sperma, membuat Linda tersedak tak bisa bernafas, berusaha sekuat tenaga menelan sperma orang itu. Lalu penis itu ditarik dan digantikan oleh penis lain, yang kali ini lebih besar. Linda berusaha membuka mulutnya, tapi orang itu tidak sabar dan langsung mendorong penisnya masuk, dan mulai bergerak. Ia mendorong penisnya dalam-dalam dan tidak menariknya keluar, terus menahannya di dalam tenggorokan Linda. Linda kemudian merasakan getaran dari tubuh Rony di bawahnya dan cairan hangat mengalir ke dalam vaginanya, segera setelah itu orang lain menggantikan posisi Rony tadi. Orang-orang tadi bergantian memperkosa Linda di seluruh lubang yang ada, ia terus menelan semua sperma yang disemburkan di dalam mulutnya. Dua orang di depan wajahnya mengocok penisnya masing-masing dan mengarahkan penisnya ke wajah Linda. Ketika Linda melihat ke bawah, orang di bawah tubuhnya sedang menatap wajahnya dan kepalanya diganjal oleh kedua tangannya. Tak lama kemudian sperma kembali masuk ke dalam vagina Linda, dua detik kemudian sperma menyembur ke anusnya. Penis lain kembali masuk ke vagina Linda. Linda kembali memejamkan matanya, ia sekarang hanya bisa mengeluarkan suara erangan, “ aghhh aghh aghh…” . yang semakin tinggi ketika penis lain masuk ke anusnya. Ketika ia membuka matanya lagi, Linda melihat sebuah penis diarahkan ke wajahnya. Kepala penisnya berwarna ungu bulat, dan beberapa detik kemudian sperma menyembur menghantam wajahnya mengalir masuk ke mulutnya. Orang tubuh kemudian minggir dan sebuah penis lain maju mendekat. Sepanjang malam Linda terus melanyani sepuluh orang itu hingga semuanya mendapat bagian menggunakan mulut, vagina dan anusnya paling sedikit satu kali.
Dan ketika orang-orang tersebut puas dan menjauh dari tubuh Linda, tubuh Linda tersungkur , terkapar tak berdaya .Linda lalu mengangkat wajahnya berusaha melihat orang-orang yang mengelilinginya, setelah itu semuanya gelap Linda tak sadarkan diri.
Tamat
Read More

Kenangan Di Bogor

Diposting oleh Unknown

Sebenarnya hari Minggu itu aku tidak memiliki rencana pergi kemana-mana, karena pacarku sedang lembur di kantornya. Namun karena sedang malas di rumah dan baru saja gajian, akhirnya terlintas di pikiranku untuk jalan-jalan ke Bogor. Aku pun mencoba mengajak Ibu dan adik-adikku pergi. “Kayaknya Ibu lagi nggak bisa ikut Teh… Lagi banyak kerjaan di rumah nih…” jawab Ibu beralasan sambil meneruskan mencuci pakaian. Sekarang aku hanya bisa berharap kalau adik-adikku mau diajak pergi ke Bogor. Di luar dugaanku, ternyata jawaban mereka juga mengecewakan. Winnie tidak mau aku ajak pergi karena ingin bermalas-malasan di rumah saja, sedangkan Amar dan Dewi juga sudah ada janji dengan teman-temannya. Walaupun tidak ada yang bisa menemaniku, aku tetap memutuskan untuk pergi seorang diri saja karena sedang malas menghabiskan waktu di rumah. Apalagi dengan pertimbangan hari masih sangat pagi, sehingga menurut perkiraanku walaupun naik kendaraan umum aku bisa sampai di kota Bogor sebelum makan siang. Sebenarnya aku sangat jarang pergi sendirian seperti ini, karena sudah terbiasa ditemani oleh pacar, teman maupun keluargaku. Setelah selesai mandi dan berpakaian aku pun segera berpamitan kepada Ibu. Aku sengaja tidak bilang ke pacarku kalau aku akan pergi sendirian ke Bogor, karena dia pasti tidak akan mengizinkanku. Setelah naik angkot dari rumahku, aku pun sampai di jalan utama untuk menunggu bis yang akan mengantarku ke Bogor. Tidak berapa lama aku berdiri, bis yang aku nantikan pun datang. Sungguh beruntung bis tersebut tidak terlalu penuh, sehingga aku dapat memilih tempat duduk sesuai dengan keinginanku. Walaupun bangku di barisan depan cenderung masih kosong, aku tetap memutuskan untuk mengambil duduk di pojok belakang. Memang sengaja aku mengambil tempat duduk di sana, supaya aku bisa tidur tanpa harus terganggu oleh orang lain. Kalau dipikir lagi, mungkin aku nekat melakukan hal ini karena aku sudah sangat suntuk di rumah dan ingin sekali-sekali mencoba hal yang baru. Apalagi aku juga sudah cukup sering pergi ke Bogor bersama keluargaku, jadi aku tidak takut akan tersesat di sana. Namun memang ini adalah pertama kalinya aku bepergian ke Bogor dengan menggunakan kendaraan umum. Setibanya di Bogor, aku langsung memanfaatkan waktu dengan berkeliling kota yang cukup terkenal dengan wisata belanja dan kulinernya. Tujuan pertamaku adalah factory outlet di sepanjang jalan utama. Yang namanya berbelanja memang sering membuat orang lupa waktu, tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul dua siang. Aku lalu bersiap untuk mencari makan siang sebelum melanjutkan perjalanan. Hari itu aku memakai pakaian yang terbilang cukup sopan, kaos putih ketat yang aku tutupi dengan jaket dipadukan dengan bawahan celana panjang berwarna abu-abu. Walaupun begitu, tetap saja masih banyak laki-laki iseng yang mencoba untuk menggodaku. Namun tentu saja tidak ada satupun yang aku hiraukan. Setelah cukup puas berkeliling kota Bogor sendirian, aku pun berniat untuk pulang ke rumahku di kawasan Cibubur. Kalau tidak salah saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Karena takut kemalaman, dengan tergesa-gesa aku menuju ke jalan utama untuk menyetop angkot yang akan mengantarku ke terminal bis. “Macet banget sih… Udah kayak di Jakarta aja…” aku bergumam melihat banyaknya angkot memenuhi kota Bogor. Karena merasa yakin kalau semua angkot akan melewati terminal, maka tanpa bertanya terlebih dahulu aku pun menaiki salah satu angkot yang sudah hampir terisi penuh dan bersiap untuk jalan. Dan benar saja, tidak berapa lama setelah aku duduk, angkot yang kutumpangi ini pun berangkat. Namun setelah sekitar 15 menit perjalanan, aku merasa kalau jalan yang dilewati oleh angkot ini bukanlah jalan yang kukenal. Setelah aku bertanya kepada Ibu yang duduk di sebelahku, baru aku sadar kalau ternyata aku telah salah naik angkot. Dari penjelasan yang diberikan oleh beliau, aku harus berhenti di perempatan selanjutnya untuk kemudian berganti angkot. Namun belum juga sampai di perempatan, Ibu yang baik hati tadi berpamitan padaku karena sudah bersiap-siap ingin turun. Aku pun tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada beliau. “Aduuh… Kok bisa-bisanya aku sampe salah naik angkot sih!?” aku berkata dalam hati menyesali kecerobohanku. Selagi aku sedang melihat-lihat jalanan melalui jendela, tiba-tiba angkot berhenti dan dari pintu naiklah seorang pengamen. Aku tidak sempat memperhatikan penampilannya secara seksama, karena aku masih terus berkonsentrasi melihat ke arah jalanan supaya tidak semakin tersesat. Tetapi secara sekilas pengamen tersebut masih muda, dan bertubuh kecil. Aku juga masih ingat kalau dia menyanyi dengan suara yang tidak ada bagus-bagusnya. “Bukannya ngehibur malah bikin tambah pusing aja nih pengamen…!” omelku dalam hati. Untung saja aku pun akhirnya tiba di perempatan yang dimaksud oleh Ibu tadi. Seperti tidak ingin kehilangan waktu, aku segera turun dan membayar ongkos angkot. Tetapi karena daerah ini memang belum pernah aku lewati, aku semakin bertambah bingung harus menyetop angkot yang ke arah mana. Mau bertanya juga sudah tidak ada orang di tempatku menunggu. “Bade kamana Teh?” tentu saja aku terkejut karena tiba-tiba saja ada suara laki-laki di belakangku bertanya dengan menggunakan bahasa Sunda. “Emmh… Mau pulang ke rumah…” aku yang memang masih ada keturunan Sunda menjawab seadanya. Sebenarnya aku cukup takut dengan penampilan laki-laki yang bertanya padaku ini, apalagi ditambah suasana sekitar yang sudah semakin gelap. Di belakang laki-laki tersebut ada dua orang temannya yang salah satunya ternyata adalah pengamen di dalam angkotku tadi. “Teteh kasasab nya?” tanyanya lagi. “Nggak kok…” jawabku berbohong kali ini dengan tatapan galak berharap laki-laki tersebut tidak akan bertanya apa-apa lagi. Karena takut mereka akan berbuat jahat, aku pun berniat untuk pergi ke seberang jalan. Namun karena masih dalam keadaan takut, ketika hendak menyeberang aku terserempet oleh motor yang langsung kabur tanpa mau bertanggung-jawab terlebih dahulu. Tas dan barang belanjaanku sampai jatuh berserakan ke jalan, namun untung saja saat itu tidak ada kendaraan yang melintas. Walaupun lukanya tidak parah, namun celana panjang yang aku gunakan sampai robek di bagian lutut. Setelah beberapa menit aku baru sadar kalau selain lututku yang berdarah, telapak tanganku yang sebelah kiri juga sedikit mengalami luka akibat menahan tubuhku yang jatuh ke aspal. Memang tidak ada bagian dari tangan maupun kakiku yang darahnya keluar dalam jumlah banyak, namun tetap saja aku takut kalau sampai terjadi infeksi. Saat itu aku sudah pasrah saja bila tidak ada orang yang akan menolongku, karena tempatku tertabrak tadi cukup sepi. Untung saja ternyata ketiga laki-laki bertampang seram tadi memiliki sifat yang berbeda dengan penampilannya. Tanpa perlu aku meminta tolong, ketiganya berinisiatif untuk melihat keadaanku. Dua orang membantuku hingga sampai ke tempat yang cukup aman, sedangkan seorang lagi mengangkat barang bawaanku. “Aduuuuuh…” aku mulai meringis kesakitan. “Kunaon Teh? Raheut nya? Hoyong diobatin sarua urang?” tanya salah satu dari tiga orang tadi yang berperawakan gemuk dan memakai topi. “I-iya bo-boleh…” aku sudah tidak memikirkan lagi mereka akan berbuat apa terhadapku karena luka ini memang harus segera diobati. Tanpa membuang waktu lagi, dengan berhati-hati aku pun digotong oleh mereka lalu dibawa masuk ke dalam gang yang tidak jauh dari tempat tadi, hingga akhirnya aku pun sampai di sebuah rumah kecil dan kumuh. Setibanya di dalam rumah tersebut, aku dibaringkan di atas tikar yang sudah lusuh. Salah seorang dari mereka membawakan aku minum, sedangkan yang lainnya membersihkan lukaku dengan air. Walaupun mereka hanya merawatku dengan peralatan seadanya, namun rasa perih di telapak tangan serta lututku sudah mulai hilang. Merasa kondisiku sudah lebih baik, aku pun bangkit dari posisi tidur hingga sekarang sudah duduk bersila. “Makasih banget yah…” ucapku kepada mereka bertiga yang hanya dijawab oleh anggukan dan senyuman. Aku yang merasa berhutang budi karena sudah ditolong oleh mereka, akhirnya memutuskan untuk memperkenalkan diri. Ternyata laki-laki yang pertama kali bertanya padaku bernama Dadan, rambutnya keriting seperti penyanyi Ahmad Albar namun dengan wajah yang jauh lebih seram. Usia Dadan masih 16 tahun. Satu lagi yang bertubuh sedikit gemuk dan memakai topi bernama Eman, dia juga seumuran dengan Dadan. Yang terakhir, si pengamen di dalam angkotku bernama Ujang, umurnya memang paling muda di antara mereka bertiga, yaitu masih 13 tahun. Wajar saja kalau dia memiliki tubuh paling kecil dibanding teman-temannya. Dari obrolan kami berempat, aku bisa mengetahui kalau mereka ternyata adalah anak baik dan sopan namun hanya nasib mereka saja yang membuat ketiganya menjadi anak-anak jalanan. Perasan aneh mulai menjalari tubuhku karena mereka bertiga mengamatiku dengan tatapan lapar. Namun lama-lama aku menjadi terbiasa dan sekarang mereka yang menjadi malu sendiri. Melihat tingkah laku ketiga anak jalanan tersebut, justru membuatku ingin terus menggoda mereka. Hitung-hitung sebagai balas jasa mereka yang telah merawatku. Supaya tidak terlihat murahan, aku berpura-pura meringis-ringis minta perhatian ke mereka bertiga walaupun aku sudah tidak merasakan sakit sama sekali. Tentu saja mereka semakin berani memegang lutut dan tanganku, bahkan hingga ke bagian yang tidak terluka. Kadang mereka sedikit berbasa-basi “Peurih bagian nu mananya Teh?” Tetapi sepertinya mereka sudah mulai merasa kalau aku memang sengaja menggoda mereka bertiga. Kadang-kadang mereka seperti jual mahal, namun mata mereka masih terus memperhatikan wajah serta tubuhku. Aku pun mulai beraksi dengan membuka jaketku hingga sekarang bagian atas tubuhku hanya tertutup oleh kaos putih yang ketat. Buruknya wajah mereka bertiga yang justru menjadi sensasi tersendiri bagiku. Raut wajah Dadan, Eman dan Ujang sungguh seperti orang yang sudah dikuasai hawa nafsu. Namun mungkin karena mereka masih menghormati aku sebagai perempuan yang lebih tua umurnya, maka mereka tidak ada yang berani untuk bertindak aneh-aneh. Melihat mereka masih belum ada yang berinisiatif untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi, maka aku pun terus berusaha untuk memancing mereka. “Kalian udah pada punya pacar belum?” aku memulai pertanyaanku. “Urang sarua si Eman enggeus boga Teh…” jawab Dadan. “Kalo kamu Jang?” tanyaku kepada Ujang. “Ujang mah tacan atuh Teh… Kan Ujang masih budak leutik…” jawab Ujang sambil tersenyum polos. “Cakep yah pacar kalian?” lanjutku sambil melihat bergantian ke arah Dadan dan Eman. “Yah henteu lah Teh… Mana meureun urang bisa nyaho awewe geulis…” sahut Dadan dengan logat Sunda yang kental. “Bener Teh… Enggeus bagus masih aya awewe nu hoyong… Hehehehe…” timpal Eman sambil tertawa yang semakin memperlihatkan giginya yang hitam. “Kalo Teteh cakep nggak? ” pancingku. “Teteh mah geulis pisan atuh…!!” jawab mereka bertiga hampir serempak sehingga membuat kami tertawa. Merasa suasana sudah semakin akrab, aku mendekati Dadan yang sepertinya paling berpengalaman dibandingkan kedua temannya. Kemudian aku menaruh tangan ke bahunya lalu menatap wajahnya yang jauh dari tampan. Aku sadar kalau laki-laki ditatap seperti itu pasti mereka akan menjadi salah tingkah. Sesuai dengan rencanaku, Dadan yang sudah tidak dapat menahan nafsunya langsung melumat bibirku. Mungkin karena ingin melihat reaksiku, pertama-tama Dadan hanya sekedar mencium bibirku saja. Namun setelah melihat tidak ada penolakan dariku, lidahnya langsung berusaha masuk ke dalam mulutku. Aku dan Dadan mulai berciuman dengan lebih bergairah. Lidahnya bermain dengan liar di dalam mulutku hingga liur kami menetes-netes di pinggir mulut. Perasaan geli, jijik dan nikmat bercampur menjadi satu bersamaan dengan gejolak birahiku yang mulai naik. Dadan semakin membangkitkan gairahku ketika tangannya meremas-remas payudaraku dari luar. “Emmmmmmhh…” aku mendesah saat tangan kasarnya mulai menyusup ke bagian dalam bajuku. Ketika melirik ke arah Eman dan Ujang, mereka hanya diam menyaksikan temannya sedang bermesraan denganku. Namun karena sudah tidak tahan, Eman yang memang sudah lebih dewasa dan mengerti dari Ujang, berpindah duduk ke belakangku. Lalu dia mulai mengelus-elus punggung serta pahaku yang masih tertutup pakaian lengkap. Dikerubuti oleh dua orang seperti itu membuat detak jantungku bertambah kencang serta nafasku semakin memburu. Yang satu mencium bibir dan meraba-raba payudaraku dari depan, sedangkan yang satu lagi memegang pahaku dari belakang sambil terkadang menciumi leher mulusku. Terkadang begitu ada kesempatan Eman langsung bergantian dengan Dadan untuk meremas-remas payudaraku. Namun berbeda dengan Dadan yang meraba payudaraku dengan pelan, Eman meremasnya dengan kencang, padahal saat itu masih ada bra-nya sehingga membuatku merasa sedikit kesakitan. “Uuuuh… Pelan-pelan dong…!” aku sempat kesal juga dengan perlakuan Eman. Namun karena aku terdengar marah, Dadan dan Eman menghentikan perbuatan mereka berdua. Padahal maksudku agar Eman tidak terlalu kencang meremas kedua payudaraku. Namun kesempatan ini aku manfaatkan untuk membuka bajuku. Mata Dadan melihat tubuh bagian atasku yang hanya tertutup bra dengan tatapan nakal sehingga membuat jantungku semakin berdebar. Apalagi ketika aku dengan gaya menggoda mulai membuka bra hitam milikku, mata Dadan terlihat semakin membesar dan mulutnya terbuka lebar. “Kenapa Dan? Mau coba megang?” tanyaku tanpa rasa malu. “Me-memangnya dibere ku Te-teteh?” kata Dadan dengan tergagap-gagap. “Ya iyalah boleh…” kataku sedikit kesal karena Dadan masih saja bersikap lugu. Diberi kesempatan seperti ini, tentu saja tidak disia-siakan oleh Dadan. Pelan namun pasti, tangannya mulai bergerak ke arah payudaraku yang sudah tanpa penutup apa-apa lagi. Pertama-tama tangannya yang kasar hanya menempel di permukaan payudaraku saja, tetapi semakin lama dia semakin berani. Mulai dari memegang dan memilin-milin putingku yang berwarna coklat, hingga meraba dan meremas seluruh permukaan payudaraku. Namun yang membuatku terkejut, tidak lama setelah itu tangannya berganti dengan mulutnya. Lidahnya menempel di putingku. Terasa geli bercampur dengan nikmat, apalagi saat putingku disedot olehnya. Sepertinya Dadan sudah terbiasa melakukan hal ini dengan pacarnya. Eman yang tidak mau ketinggalan dengan temannya, bergantian untuk berciuman denganku. Bibirnya yang tebal itu mulai melumat habis bibirku. Tetapi perlu diakui kalau ternyata lebih enak berciuman dengan Eman dibandingkan dengan Dadan, karena dia terlihat lebih ahli. Selagi aku melayani dua orang ini, ternyata Ujang yang tadinya kupikir tidak mau ikut-ikutan karena masih terlalu kecil, mulai mengelus-elus seluruh bagian tubuhku yang lain dari arah belakang. “Teh Tita… Dileupas atuh calananya…” bisik Ujang di telingaku yang benar-benar membuatku terkesima sesaat. “Kirain si Ujang masih polos… Taunya sama juga…” aku berkata dalam hati. Dengan perlahan-lahan aku menaikkan pantat untuk memudahkanku membuka celana panjang. Dengan tidak sabaran Ujang pindah ke depan, kemudian dia ikut membantuku membuka celana panjang beserta celana dalam milikku lalu melemparnya cukup jauh. Kini hanya tinggal jam tanganku saja yang masih tersisa. Namun kelihatannya hal tersebut tidak menjadi masalah, karena bagian lain dari tubuhku yang putih mulus sudah terpampang jelas di depan ketiga anak jalanan ini. “Teh Tita beuki geulis lamun taranjang… Hehehe…” kata Eman sambil tertawa melecehkan. “Bodas pisan euy awakna Teh Tita…!! Jadi beuki mangkrang ieu…!!” Dadan ikut menimpali. Tawa dan ejekan nakal mereka karena pada akhirnya dapat menyaksikan tubuhku yang dalam keadaan polos tidak membuatku marah. Hal tersebut justru menyebabkan aku semakin menginginkan mereka bertiga menikmati tubuhku lebih jauh lagi dari yang sebelumnya. “Kalian juga telanjang dong…” aku menantang mereka supaya ikut melepaskan pakaian. Dengan segera, mereka semua membuka pakaian lusuh yang menempel di tubuh mereka. Yang terjadi selanjutnya bener-bener membuatku terkesima, yaitu aku melihat kalau ukuran penis milik mereka bertiga cukup besar untuk anak seusia mereka. Memang tidak sepanjang penis milik adikku, namun diameternya lebih besar dan berwarna lebih hitam. Paling hanya milik Ujang saja yang masih seperti penis anak-anak, kira-kira hanya mencapai 12 cm saja dengan bulu-bulu kemaluan yang masih baru tumbuh. Setelah kami semua sudah dalam keadaan telanjang, permainan pun dilanjutkan. Anak-anak berusia tanggung tersebut mulai mengerayangi tubuhku lagi. “Teh Tita cicing wae nya… Antep urang tiluan nu puaskeun…” perintah Dadan kepadaku. Aku hanya dapat mengangguk lemah. Seolah sudah mendapatkan persetujuan dariku untuk berbuat apapun, tiba-tiba Dadan langsung merebahkanku hingga aku kembali ke posisi tiduran. Dadan mengangkat kaki sebelah kananku lalu dia taruh di pundak kirinya. Kemudian tangannya langsung meraba-raba bibir vaginaku yang mulai basah sambil jari telunjuknya mencoba untuk masuk. Sesekali jari-jarinya bergerak ke atas dan bawah menelusuri lembah kenikmatan milikku. Tidak cukup puas hanya memainkan vaginaku saja, mulut Dadan lalu menghisap pelan puting payudaraku. Perlakuan Dadan membuat aku semakin merasa terbang saja. Semakin lama tangan Dadan yang menempel di vaginaku bergerak semakin liar, jari-jarinya dengan cekatan memainkan klitorisku. “Mmmmmhh… Aaaaaaaaaaah…” aku sudah tidak dapat lagi menahan desahanku akibat permainan Dadan. Melihat temannya yang sudah kembali menikmati tubuhku, Eman sepertinya juga sudah tidak tahan lagi untuk ikut mencicipinya. Dia mengambil posisi jongkok di sebelah Dadan, kemudian Eman meminta Dadan untuk menggeser posisinya agar dia juga dapat menikmati vaginaku. Namun ketika aku mengira Eman akan menggunakan jari-jarinya juga, dia malah mencium dan menjilati vaginaku yang sudah semakin basah. Melihat vaginaku yang tidak berbulu dan sudah dalam keadaan basah pasti membuat Eman tidak tahan untuk menikmatinya dengan mulut. “Aaaaaahhh… Ooouuuuhhh… Aaaaaaaaahhh…!!” aku mengerang saat lidah hangat Eman menjilati belahan vaginaku serta mencoba untuk masuk. Lidah Eman mulai bermain lebih cepat di bibir vaginaku, kurasakan nafasnya berhembus di vaginaku disusul sapuan lidahnya pada bibir vaginaku yang menyebabkan tubuhku menggelinjang nikmat. “Aaaaaaaaahh…!! Te-teruuss Maaaan!! E-enaaaaak…!! I-iyaaaaahhh…!!” erangku ketika Eman dengan nakal menyedot klitorisku dan menyeruput cairan cintaku yang keluar semakin banyak. Sementara itu jari milik Dadan juga masih bermain di klitorisku. Sungguh perasaan yang luar biasa nikmat. Tubuhku sampai bergerak-gerak semakin tidak beraturan karena menikmati yang dilakukan oleh mereka berdua. Karena penasaran dengan yang mereka berdua lakukan, dengan sengaja aku mengangkat tubuhku lalu bertumpu pada kedua siku tanganku, sehingga kini aku dapat melihat lebih jelas wajah Eman dan Dadan yang penuh nafsu saat melumat vagina dan payudaraku. Setelah sekitar 15 menit mereka berdua memainkan payudara serta vaginaku, aku mulai merasa sedikit lagi akan mencapai orgasme. “Ooouuugghhhh… Teruuuuussss… …!! Teteeeeeeh mauuuu keluaaaaaaar…!!!” aku mengerang kencang dengan badan melengkung ke belakang ketika akhirnya aku merasakan orgasme yang luar biasa. Kami bertiga saling bertatapan dengan senyum penuh arti, kemudian dengan bergantian Dadan dan Eman melumat bibirku dengan mesra. “Jang…! Ulah cicing wae… Hayu milu atuh…!” ajak Dadan ketika sadar kalau dari tadi Ujang hanya berdiam diri saja. “Lain kitu Kang… Ujang dagoan Kang Dadan jeung Kang Eman nganggeuskeun ngaletak henceut Teh Tita…” kata Ujang. Aku yang tadinya juga heran kenapa Ujang tidak ikut menikmati tubuhku, akhirnya dapat mengerti kalau ternyata dia tidak ingin berebut dengan teman-temannya untuk bermain di vaginaku. “Hahahaha… Aya-aya wae si Ujang… Hayu lah kadieu…!” panggil Dadan sambil terus tertawa. Dengan wajah senang Ujang mendekati vaginaku yang memang menjadi incarannya. Pertama-tama dia meraba dan mengelus pahaku yang begitu halus dan putih. Aku menggelinjang kecil karena kaget dan juga merasakan kenikmatan yang menjalar diseluruh bagian tubuh. Selanjutnya mulut Ujang mendekati kakiku, kemudian diciumi dan dijilatinya kedua paha mulusku secara bergantian hingga menuju ke atas. ‘Sluuurp… Sluuuuurppp…’ terdengar olehku bunyi jilatan Ujang ketika lidahnya sudah berada di kemaluanku yang masih sangat basah akibat perlakuan dua temannya. “Hmmmmm… Ujaaaaang… Aaaaaahh…” sungguh hal tersebut membuatku mendesah lemah. Sementara itu Dadan dan Eman yang sudah puas menikmati kemaluanku, mulai menjelajahi tubuh bagian atasku. Tangan-tangan kasar mereka tidak henti-hentinya menjamahi tubuhku. Sepertinya tidak ada satu pun bagian tubuh milikku yang ingin dilewatkan oleh mereka. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan mereka bertiga meremas-remas kedua payudaraku, memilin-milin putingku serta menjilati vaginaku. Mendapat serangan dari atas dan bawah oleh tiga orang sekaligus, tubuhku semakin menggeliat-geliat dengan liarnya. “Ooohhhh… Ssssshhhhh… Aaaagghhhh…” aku melenguh menikmatinya. “Sluuuurrpp… Seungit pisan euy henceut Teh Tita… Sluuuurp…” gumam Ujang sambil terus menjilati dan menghisap-hisap vaginaku. “Awaknya oge seungit…! Pinareupnya sanajan leutik tapi ngeunahkeun…!!” Dadan ikut berkomentar selagi mulutnya berhenti menghisap payudaraku namun digantikan oleh remasan-remasan tangannya. Sementara itu bibir dan lidah Eman mulai bergerilya dari mulutku untuk kemudian menciumi telinga, tengkuk serta leherku. Di saat bersamaan, Ujang semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tetapi sekarang jari-jari tangannya mulai bermain di lubang kemaluanku. Pertama hanya jari tengahnya saja yang Ujang masukkan ke dalam lubang vaginaku dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknya pun ikut keluar masuk yang membuat vagina itu semakin basah oleh cairan kenikmatan milikku. “Uuuuuhh… Aaaaaahhh… Oouuuuuhhh…” desahan dan lenguhanku semakin menjadi-jadi. Mendengar aku mendesah-desah keenakan, jari Ujang mulai mempermainkan klitorisku. Dia menggosok-gosokkan jari dan lidahnya pada daging kecil yang sensitif itu. Tubuhku sampai bergetar ketika merasakan sapuan lidahnya pada klitorisku. Pijatan lembut telunjuk dan ibu jarinya pada klitorisku membuat pinggulku meggeliat-geliat. Tubuhku semakin menggelinjang karena kelihatannya aku akan segera mencapai puncak kenikmatan. “Ooohh… Ujaaaaaaang!!!” desahku sambil kedua tanganku meremas-remas rambut Ujang, sementara kepalaku bergerak ke kanan dan ke kiri. Tidak sampai satu menit kemudian, tubuhku akhirnya mulai mengejang-ejang karena tidak tahan lagi menerima rangsangan yang terus-menerus datang. Aku pun semakin merapatkan kepala anak itu ke arah vaginaku. Rupanya walaupun usia Ujang masih sangat muda, namun dia mengerti bahwa aku sudah ingin mencapai puncak. Dihisapnya vaginaku kuat-kuat serta ujung lidahnya dengan cepat menjilati bagian dalam kewanitaanku. “Aaaaaaaaaaaaaakh…!!” teriakku tidak tertahankan dengan tubuh menggeliat-geliat ketika akhirnya aku mencapai orgasme yang kedua kalinya. Bagaikan sedang menikmati buah yang manis, Ujang terus menyeruput cairan yang ada di seputar kemaluanku tanpa merasa jijik. Tentu saja hal ini membuatku menggelinjang tiada henti. Setelah puas mencicipi cairan kemaluanku, Ujang menengadah dan menatapku lalu berkata “Rasanya kareueut pisan Teh…!” “Teh… Urang tos teu kiat hoyong ngewe jeung Teteh…” tanya Dadan dengan terus terang. Sebenarnya tubuhku masih lemas, namun aku juga sudah tidak sabaran ingin merasakan vaginaku ditusuk bergantian oleh penis mereka bertiga. Lagipula aku tidak mau membuang-buang waktu untuk berlama-lama di tempat ini. “Ya udah… Tapi ganti-gantian yah…” kataku menyanggupi permintaan mereka karena sudah dalam keadaan sangat terangsang. “Se-serius Teh?” tanya Dadan meyakinkan pendengarannya. Aku tidak menjawab pertanyaannya, namun hanya melemparkan senyum menggoda. Dapat aku lihat juga mata Dadan dan teman-temannya yang terbelalak mendengar perkataanku. Kelihatannya tidak satupun dari mereka bertiga yang menyangka kalau dengan mudahnya kata-kata itu akan meluncur dari mulut perempuan sepertiku. Mungkin kalau sekedar melakukan hal seperti tadi mereka masih bisa mengerti, tetapi pasti tidak pernah terbayang di pikiran mereka kalau aku sampai mau diajak bersetubuh. “Aing kahiji nya Dan… Enggeus teu sabar…” pinta Eman kepada Dadan dengan tidak sabaran. “Sok lah…” jawab Dadan. Mungkin sebenarnya Dadan sudah tidak tahan lagi untuk segera menyetubuhiku, namun karena dia berpikir nanti juga akan kebagian, maka dia mempersilahkan Eman untuk mendapat giliran yang pertama. Aku hanya bisa diam dan menurut saja. Apalagi aku juga sudah penasaran untuk dapat merasakan penis Eman yang berwarna hitam dan berukuran paling panjang dibandingkan dengan yang lain. Begitu mendapatkan persetujuan dari temannya, kakiku langsung dilebarkannya. “Ooooooohhh… Pelaaan-pelaaaaaan Maaan…!! Jangaaaaan dipaksaiiin…!!” pintaku karena vaginaku terasa sakit ketika Eman dengan kasar menekan penisnya masuk. Kelihatannya Eman memang cenderung kasar dalam bercinta yang tentu saja berlawanan dengan Dadan yang lebih lembut. Penis Eman membuat vaginaku yang sempit mulai melebar mengikuti ukuran penisnya yang lumayan besar, sehingga saat ini aku mulai dapat menikmati permainan kasarnya. “Eleuh-eleuh… Heureut pisan euy henceutnya Teh Tita…!!” teriak Eman yang disambut gelak tawa teman-temannya. Seolah tidak mau melihat ke arah Eman, aku pun memalingkan wajahku ke arah kanan. Namun jujur saja aku sungguh menikmati penisnya yang mulai masuk semakin dalam, apalagi Eman juga mulai meremas-remas payudaraku. Ketika sedang menikmati hujaman penis Eman saat sudah masuk seluruhnya, tiba-tiba di depan wajahku sudah ada sebuah penis yang berukuran lebih kecil. Dengan rasa penasaran aku melihat ke arah atas, dan ternyata penis tersebut adalah milik Ujang. “Kenyotin kanjut urang nya Teh…” kata Ujang minta penisnya supaya dihisap olehku. Karena sudah sangat terangsang, tanpa ragu lagi aku membuka mulut dan menelan benda kecil namun keras milik Ujang. Mulailah aku mempraktekkan teknik oralku padanya. Pertama-tama aku mulai dari kepala penisnya dulu, bagian itu kujilati dan kuemut-emut sambil tanganku mengocok pelan batangnya. Kemudian dengan perlahan aku menjilati batang penisnya menggunakan lidahku yang lembut. “Uuggghh… Ngeunaaah pisaaan kenyotaaan Teh Titaaa…!!” komentar Ujang sembari meremas rambut tebalku. Kepalaku mulai naik-turun mengemuti penisnya yang semakin mengeras saja. Tubuh Ujang pun langsung gemetar. Kelihatannya dia sangat menikmati jilatanku barusan. Tetapi tentu saja aku tidak bisa berkonsentrasi untuk menghisap penis Ujang, karena Eman semakin kencang memompa vaginaku. Terkadang aku merasa ada sedikit cairan spermanya yang keluar di dalam vaginaku. Belum lagi remasan-remasan tangan Eman pada payudaraku yang membuatku semakin melayang. Tanpa perlu diundang olehku sekarang Dadan juga ikut-ikutan, dia duduk di sebelah kiriku kemudian menghisap puting payudaraku yang sudah mencuat keluar. Berarti saat ini ada tiga orang yang mengerubutiku. Yang pasti semua orang di dalam ruangan ini, termasuk aku, sedang merasa keenakan. Tanpa sengaja aku melihat penis milik Dadan yang berukuran cukup besar dan keras, aku langsung saja meremas-remas penis tersebut dan mulai kukocok-kocok. Sepertinya Dadan sangat menikmatinya sampai-sampai dia semakin bersemangat menghisap payudaraku. Dengan perlahan aku menarik penis Dadan ke samping wajahku, hingga sekarang posisi penisnya dengan milik Ujang berseberangan. Aku pun bergantian mengocok dan menghisap penis Dadan dan Ujang. “Gelo euy si Teteeeh maaah… Ehmmm… Jagooo pisaaan ngenyotnyaa…!! Aaaaah…!!” puji Dadan sambil merem-melek dan menggelengkan kepalanya. “Aaaahhhhh…!! Teteeeeeeh…!! U-uraaaaaang kaluaaaaaar…!!” tiba-tiba Eman berteriak. Penisnya juga dapat kurasakan semakin mengeras di dalam vaginaku. “Maaan… Maaaan…!! Keluariiin di luaaaar Maaan…!!” teriakku panik. Aku tidak ingin kalau Eman sampai mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku, karena aku tidak rela punya anak dari orang sepertinya. Untunglah Eman sempat mengeluarkan penisnya tepat waktu. Penisnya diangkat tinggi-tinggi sambil terus mengocoknya tepat di atas dadaku. ‘Crooott… Croooottt…’ sperma Eman keluar banyak sekali hingga mengenai perut dan payudaraku. “Aaaaah… Edun euy…!! Ngeunah pisan…!!” kata Eman keenakan. “Ayeuna giliran aing nya Kang Dadan?” tanya Ujang dengan muka memohon supaya diberi ijin oleh Dadan. “Sok atuh Jang…” jawab Dadan yang kali ini terlihat sekali wajah tidak relanya karena harus mengalah lagi. Tentu saja Ujang senang bukan main karena mendapatkan giliran selanjutnya. Pertama-tama, layaknya anak kecil sedang menikmati permen, lidahnya bergerak menyentil-nyentil puting payudaraku hingga semakin mengeras.
Tidak lama kemudian dihisapnya payudaraku sebelah kiri dan kanan secara bergantian. Tangan Ujang juga tidak tinggal diam dan mulai menggerayangi tubuh telanjangku.
“Ehhmm… Ujaaaaaang…” aku mengerang nikmat. Mulut Ujang kemudian turun ke perut hingga sampai di vaginaku. Mata anak itu terbuka lebar menatapi vaginaku yang sengaja aku cukur halus. Secara refleks aku melebarkan kedua kakiku sehingga memudahkan Ujang untuk menjilati vaginaku. Pasti saat ini Ujang dapat mencium aroma lendir kewanitaan yang keluar dari vaginaku. “Oooooooooohh…!” Aku mendesah panjang sambil menggenggam erat ujung tikar ketika lidah Ujang terus menyapu kemaluanku. Ujang membuka bibir vaginaku dan mulai menyedotnya dengan rakus sehingga aku mengerang-erang dengan penuh gairah. Semakin lama lidahnya menari semakin liar menjelajahi seluruh bagian dari kemaluanku. Aku dapat merasakan cairan vaginaku meleleh deras seiring dengan rangsangan yang semakin kuat. Sungguh aku merasa semakin nikmat merasakan lidah Ujang yang sesekali menyelinap ke dalam vaginaku. “Aaaahhh… Mmmmhhh… Jaaaang…!!” aku berteriak nikmat sambil tanganku tidak henti-hentinya memegangi kepala Ujang. Ketika Ujang merasa sudah cukup melakukan pemanasan terhadap vaginaku, kini tiba saatnya untuk dia merasakan bersetubuh denganku. Penis kecil milik Ujang yang sudah dalam keadaan ereksi penuh, mulai digesek-gesek ke bibir vaginaku. Saat berikutnya, benda tersebut mulai menekan masuk ke dalam lubang kemaluanku. Mungkin karena ukurannya yang kecil, maka penis tersebut tidak terlalu membuatku merasakan nikmat seperti tadi. “Teh Tita… Ayeuna Teteh nonggeng nya…” pinta Ujang kepadaku untuk berganti posisi. Tentu saja aku sempat heran anak seusia Ujang sudah mengerti posisi-posisi dalam berhubungan intim. Pasti karena dia bergaul dengan anak yang lebih dewasa darinya. Namun aku yang tidak mau berlama-lama memikirkan hal tersebut membalikkan tubuhku hingga sekarang aku bertumpu dengan kedua tangan serta lututku. Dalam posisi ini, payudaraku yang bergantung dengan bebas terlihat lebih besar. Ujang yang sudah mengambil posisi di belakangku, menggenggam penisnya kemudian mengarahkan ke liang vaginaku. Tetapi bukannya Ujang langsung memasukkan penisnya, sekarang dia justru memainkan vaginaku menggunakan tangannya. Walaupun begitu tetap saja aku merinding keenakan, apalagi dengan kenyataan bahwa yang sedang melakukan itu adalah anak yang masih berumur 13 tahun! Ketika sedang menikmati jari-jari tangan Ujang di selangkanganku, dengan tiba-tiba Ujang langsung menusukkan penisnya ke dalam vaginaku. “Heeeeeekh…!!” aku sampai sedikit tersentak karena menerima hujaman keras secara tiba-tiba seperti itu. Kutengokkan kepalaku ke belakang dan kutatap Ujang dengan raut muka sedikit kesal. Seolah tidak terjadi apa-apa, Ujang terus menyetubuhiku tanpa ada perasaan bersalah. “Dasar bocah nggak tau diri…!!” aku mengumpat dalam hati. Perlahan telapak tangan kecilnya mulai mengelus dan meremas pantatku, sambil sesekali juga mengusap punggung mulusku. Ternyata dengan posisi seperti sekarang, penis Ujang semakin terasa nikmat. Apalagi sodokannya cukup mantap seperti sudah sering dilatih. Tubuhku tersentak maju dan mundur mengikuti gerakan penis Ujang pada kemaluanku. “Aaaahh… Aaaaahh… Ooohh…” aku hanya dapat merintih-rintih dengan lirih. “Teh Tita geus ngarasa ngeunah tuh Jang… Asupkeun leuwih gancang deui…!” perintah Eman. Mendengar ucapan temannya tadi, penis Ujang keluar dan masuk dengan lebih cepat. Namun rasanya jadi semakin nikmat, tidak kalah dari permainan Eman. Aku saja sampai merasa lemas dalam posisi menungging seperti ini. Tangan Ujang sesekali juga digunakan untuk meremas pelan payudaraku dari belakang. Kadang-kadang dia juga mencium leherku. Tetapi dikarenakan postur tubuhnya yang lebih pendek dariku, dia cukup kesulitan untuk melakukannya. Aku dapat merasakan nafas Ujang yang semakin memburu seperti orang yang sedang melakukan olahraga. Keringat miliknya menetes cukup banyak di punggungku yang juga sudah dalam keadaan basah. Sampai akhirnya sodokan Ujang terasa semakin keras dan cepat, otot-otot vaginaku seperti tertarik keluar. Aku pun tidak tahan dan mencapai orgasme lagi. Tidak lama kemudian Ujang juga sudah tidak dapat menahan lagi untuk menahan klimaks “Aaaaahhhh…!! Teteeeeeh!!” Ujang menyemprotkan spermanya ke punggungku dalam jumlah yang tidak kalah banyak, bahkan mungkin melebihi jumlah sperma milik Eman. Aku yang sudah merasa sangat lemas, langsung jatuh di atas tikar dengan posisi tengkurap. Ternyata Ujang juga sudah terlebih dahulu tiduran di sebelahku. Lelah sekali rasanya disetubuhi oleh dua orang bergantian seperti tadi, walaupun ini bukanlah yang pertama kalinya aku berhubungan seks dengan lebih dari satu orang. Saat sedang beristirahat, aku merasakan ada tangan jahil yang memegang-megang vaginaku. Ketika aku menengok ke belakang ternyata Dadan yang melakukan hal itu. “Teteh masih capek Dan…” jawabku pelan. “Yaaah… Kan urang tacan kabagian Teh…” katanya memelas. Aku baru ingat kalau ternyata hanya tinggal Dadan yang belum kebagian menikmati bersetubuh denganku. “Iya udah… Tapi ambilin Teteh air minum dulu yah… Haus nih…” kataku ketika melihat kalau air di gelasku sudah habis. Langsung saja Dadan mengambil gelasku yang kosong, kemudian berlari untuk mengambil air di belakang. Ketika dia kembali langsung saja aku habiskan tanpa tersisa. Baru saja aku selesai menghabiskan air minum tersebut, Dadan langsung merebahkanku lalu menempatkan kepala penisnya di mulut vaginaku. Dadan mulai menggerakkan kepala penisnya di depan belahan vaginaku. Kelihatannya dia terus mencoba untuk merangsangku terlebih dahulu. Tentu saja diperlakukan seperti itu terus-menerus, aku pun mulai terangsang dan vaginaku sudah mengeluarkan cairan pelumasnya sehingga penis Dadan mulai dapat masuk lebih dalam. Penis Dadan akhirnya dapat masuk juga seluruhnya ke dalam vaginaku. Sungguh sakit sekaligus nikmat rasanya, aku sampai menahan agar tidak berteriak ketika dia mendesak masuk penisnya. Aku baru sadar kalau ternyata penis milik Dadan, walaupun masih kalah panjang, namun berdiameter lebih besar dari Eman. Sampai-sampai aku menggigit bibir ketika menikmati penis kerasnya yang dengan teratur menusuk masuk lalu ditarik keluar. “Enaaaaaaaak euuuy…!!” teriak Dadan dengan gayanya yang kampungan. Berulang-ulang Dadan mengeluarkan penisnya dari vaginaku sebelum akhirnya ditusuk masuk lagi. Setiap kali penisnya masuk, aku berteriak-teriak keenakan. Eman dan Ujang hanya tertawa-tawa melihatnya. Akhirnya aku mulai terbiasa dengan penis Dadan yang sedang memompa vaginaku. Aku sampai tidak memikirkan kalau yang sedang menyetubuhiku adalah seorang anak jalanan. Bahkan aku juga tidak sadar kalau sedang berpelukan dan menciumi Dadan mulai dari kening hingga pipinya, sebelum akhirnya kita berciuman bibir lagi. Tubuhku sekarang sudah penuh dengan keringat dikerjai oleh tiga orang. Entah sudah berapa lama aku disetubuhi oleh Dadan hingga aku merasa akan menggapai orgasme lagi. Tetapi tepat sesaat sebelum aku menjerit, Dadan semakin keras menekan penisnya yang berdenyut kencang tanda akan mencapai puncak. Dan benar saja seperti dugaanku tidak lama kemudian Dadan berteriak “Aaaaaaahh…!! Uraaang hoyoooong kaluaaaar Teeeeh…!!”
“Teruuus… Teruuuus… Lebiiih kenceeeng Daaaan…” teriakku tidak kalah keras. Dalam keadaan nikmat seperti itu tentu aku hanya bisa pasrah apabila dia mengeluarkan cairan spermanya di dalam vaginaku. “Arrgghhhh… Teeh Titaaaaa…!!” Dadan menggeram lalu menembakkan spermanya yang kental ke dalam rahimku. “Aaaaahhh… Daaaan… Teteeeeh jugaaaaa keluaaaaar…!!” aku ikut merintih ketika tidak lama kemudian juga mencapai orgasme untuk yang kesekian kalinya. Cairan milik Dadan keluar begitu banyak mengisi vaginaku, sehingga sebagian ada yang menetes keluar. Aku memeluk erat tubuh Dadan karena merasa sangat puas dan nafasku juga sudah terasa mau habis. Terasa di dalam vaginaku pelan-pelan penis Dadan mulai mengecil hingga akhirnya dia cabut. Untung saja saat itu bukan masa suburku sehingga aku dapat bernafas lega. Aku yang sudah sangat lelah meminum air putih dalam jumlah banyak karena sangat haus. Lalu aku pun tidur-tiduran sebentar karena merasa sangat lemas. Sungguh lengket rasanya badan dan kemaluanku karena bermandikan keringat dan sperma. Namun aku tidak menyesal telah mendapatkan pelayanan dari mereka. Padahal tadinya kukira mereka bertiga belum mengerti cara melakukan hubungan seks. Ketika kami sedang beristirahat, mereka bertiga memanfaatkan waktu untuk mengenalku lebih jauh. Karena udara di luar lumayan dingin, Dadan dan Eman mulai menyalakan rokok. Aku yang memang tidak suka dengan bau rokok, mengibas-ngibaskan asap yang berhembus ke arahku. “Punten nya Teh… Teu ngahaja… Memang Teh Tita teu suka ngaroko?” tanya Dadan yang sepertinya menganggap kalau semua perempuan di Jakarta suka merokok atau setidaknya sudah terbiasa dengan asapnya. “Uhuuuk… Enggak lah Dan… Uhuuk… Uhuuuk…” tegasku sambil terbatuk-batuk karena tanpa sengaja menghirup asap rokok. “Lamun roko daging kumaha Teh? Hahahahaha…” canda Eman yang langsung disambut gelak tawa teman-temannya. Tentu saja walaupun aku sudah disetubuhi oleh mereka bertiga, namun pertanyaan Eman tadi tetap membuatku tersipu malu. Di tengah pembicaraan kami, ketiga anak itu berharap kejadian yang baru saja mereka alami akan dapat terulang di kemudian hari. Setelah cukup lama mengobrol, aku akhirnya berpamitan pulang. Aku pun membersihkan tubuhku sekedarnya lalu berpakaian lengkap. Dalam perjalanan menuju ke terminal aku cukup tenang karena mereka berbaik hati menemaniku naik angkot. Di dalam bis aku sempat tertidur cukup lama, untung saja barang-barang milikku tidak ada yang hilang. Sesampainya di depan rumah aku melangkah lemas menuju pintu gerbang karena seluruh badanku terasa sakit dan pegal. Ketika aku sudah berada di ruang tamu ternyata Ibu sedang menungguku dengan gelisah karena tidak mendapat kabar dariku, padahal saat itu waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. “Teh… Kok malem banget pulangnya?” Ibu bertanya dengan suara pelan dan sedikit serak, mungkin karena beliau sudah mengantuk. “Iya nih Bu… Abisnya tadi keasyikan belanja sih…” aku menjawab sambil menunjukkan kantong belanjaanku. “Terus HP Teteh kok nggak bisa dihubungin sih?” lanjut ibuku. “Palingan sinyalnya lagi jelek Bu…” jawabku beralasan lalu bergegas menuju ke kamar tidur. Biasanya sepulang dari bepergian, aku selalu mencium tangan Ibu terlebih dahulu. Namun hari ini aku merasa kotor dan juga bau sperma yang disemprotkan ke hampir ke seluruh bagian tubuh oleh pengamen-pengamen tadi. “Teteh udah makan belum?” tanya Ibu yang ternyata ikut menyusulku namun tidak sampai masuk ke dalam. “Nanti aja Bu… Teteh masih kenyang…” sahutku sambil bersiap menutup pintu supaya Ibu tidak menyadari kalau anaknya sedang berbohong. Andai saja Ibu dapat melihatku beberapa jam yang lalu, karena hal yang membuatku tidak nafsu makan adalah akibat kelelahan melayani ketiga remaja pengamen tadi. “Ya udah… Tapi jangan lupa nanti makan ya… Udah Ibu siapin tuh di dapur… Anak kesayangan Ibu jangan sampai sakit yah…” kata ibuku lagi dari balik pintu yang sudah tertutup. “Iya Bu…!” teriakku sambil sedikit tersenyum karena Ibu masih menganggapku sebagai anak kecil. Aku lalu mengambil baju ganti serta handuk kemudian bersiap untuk mandi dengan harapan supaya tubuh lelahku dapat kembali segar. “Aduuuh capek banget…! Besok ijin nggak masuk aja ah…” pikirku saat sedang menikmati guyuran air. Seusai mandi, aku yang tidak ingat sama sekali kalau sudah berjanji pada Ibu untuk makan malam, langsung masuk ke kamar lalu tertidur pulas seperti bayi.
Tamat
Read More

3 Orang Gadis

Diposting oleh Unknown

Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih. Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira. Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku. "Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba. Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku. "Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya. "Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat. Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu. "Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri. "Kemana?", tanyaku ikut berdiri. "Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya. Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya. Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap. "Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu. "Angga", sahutku. "Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit. "Kalau aku sih biasa dipanggil Ria", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya. "Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja. "Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku", katanya meminta. Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru. "Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam. "Boleh", sahutku. Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab. Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu. "Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir. "Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran. "Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan. "Kamu sendiri..?" Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja. "Ikut aku yuk..", ajaknya langsung. Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah. "Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar. "Tunggu sebentar ya..", kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar. Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi. Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari. "Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya. Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya. "Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget. Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama. Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat. Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku. Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya. Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang. Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku. Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku.. Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya. Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..? Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini. Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku. Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin. Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya. "Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini. Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih. "Bapak ini siapa?", tanyaku "Saya pengurus rumah ini", sahutnya. "Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi. "hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih. "Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku. "Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih. Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi. Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Tamat
Read More