Tampilkan postingan dengan label Pemerkosaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemerkosaan. Tampilkan semua postingan

Pengalamanku di Ruang Komputer

Diposting oleh Unknown on Senin, 08 Juli 2013

Hampir tidak percaya bahwa hari telah larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus sendirian. Pegal rasanya seharian menulis tugas yang harus diserahkan besok pagi. Untunglah akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno. Aku membuka gambar-gambar orang bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasakan fantasi lain. Aku merasakan erangan perempuan yang kesakitan karena lubang duburnya yang sempit ditembus dengan kemaluan yang mengeras. Ah.. khayalanku semakin jauh. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu ruangan membuka dan menutup. Hii.. aku lihat sudah jam 22:30, malam-malam begini pikiranku jadi membayangkan hal-hal menakutkan. Tapi kemudian aku dikagetkan lagi ketika melihat seorang perempuan membawa map berisi beberapa lembar kertas dan dua buah buku tipis masuk kemudian menaruhnya di sebelah komputer, lalu menyalakan komputer dan mengetik. Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku. Aku jadi lega, sekarang ada teman, walaupun dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku perhatikan dari samping, wajahnya manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi mulus dengan jaket jeans lengan pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.
Tapi, akh peduli amat. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak menegang. Dan akhirnya aku melirik pada perempuan di ruangan itu, dan langsung aku melirik pantatnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu. Aku jadi deg-degan, semakin dibayangkan semakin menjadi-jadi kemaluanku menegang. Sampai akhirnya aku nekat mendekati dia. Aku mencoba menenangkan diriku agar tampak normal. “Ma’af.. sedang mengerjakan tugas?” suaraku sedikit bergetar.
Dia melirikku sebentar lalu matanya tertuju lagi ke layar komputer, sambil menjawab,
“Iya.. Mas.. aku kelupaan menuliskan beberapa judul buku dalam daftar kepustakaan, cuma dikit kok.”
“Rumahnya deket sini?”
“Iya di asrama, dan saya biasa kerja malam-malam begini,” jawabnya.
“Nah.. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar suara mesin printer bekerja.
Dia mengambil hasilnya dan kelihatan puas.
“Bisa pulang sama-sama?” aku bertanya sambil mataku sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah pantatnya yang kelihatan besar membayang dibalik celana trainning kain parasitnya. Aduh, dadaku mendesir.
“Sebentar aku tutup dulu komputerku ya..”
Aku bergegas pergi ke komputerku.
“Mas sedang ngerjakan apaan?”
Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku.
“Ah.. ini.. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus dari tadi.”
“Eh.. gambar-gambar gituan yaa? Hi ih!” dia mengangkat bahunya, tapi mulutnya tersenyum.
“Ah.. iseng-iseng aja.. Mau ikutan liat-liat?” tiba-tiba keberanianku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak menolak.
“Tapi bentar aja yaa.. entar keburu malam!” dia langsung duduk di kursi sebelahku.
Makin lama kami makin asyik buka-buka gambar porno, sampai akhirnya,
“Aku mau pulang deh Mas. Udah malem.. Aku bisa pulang sedirian.. deket kok.”
Dia siap berdiri. Tapi dengan reflek tanganku cepat memegang pergelangannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi, kecuali mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat tadi. Kemaluanku sudah menegang.
Tanpa basa basi aku langsung menduduki pahanya dan langsung melumat bibirnya. “Umh.. mh..” dia berusaha meronta dan menarik kepalanya ke belakang, tapi tangan kiriku cepat menahan belakang kepalanya, sementara tangan kananku sudah memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya. Gerakan perempuan itu makin lama makin lemah, akhirnya aku berani melepaskan ciumanku, dan beralih menciumi bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun ke bagian belahan buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya. Matanya mulai sayu, bibirnya terbuka merekah. “Namamu siapa?” aku tampaknya agak bisa mengendalikan keadaan. Dia tidak menjawab. Hanya matanya yang sayu itu memandang kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak perduli aku mengangkat berdiri tubuhnya, lalu aku duduk di kursi, kutarik badannya dan dia duduk di pangkuanku. “Ehh.. hh..” dia berdesah ketika kepalaku menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket jeans yang terbuka kancingnya. Tanganku segera menaikkan kaosnya, sehingga tampak bagian bawah dadanya yang masih berada di balik BH. Kunaikkan BH-nya tanpa melepas, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya dan pahanya. “Oohh.. Mas.. Mas.. Aoohh..” aku semakin menggila mendengar desahnya. Lalu aku ingin melaksanakan niatku untuk menembuskan batang kemaluanku ke pantatnya. Kubalikkan badannya sehingga dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya dengan mudah. Dengan tidak sabar celana dalamnya pun segera kuturunkan. Aku duduk dan kutarik badannya sehingga pantatnya menduduki kemaluanku. “Aghh.. Uhh” aku terkejut karena kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Tapi nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku genggam kemaluanku dan kutempelkan ke lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah..” dia menjerit, tubuhnya mengejang ke belakang. Tapi kemaluanku tidak bisa masuk. Terlalu sempit lubangnya. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong tubuhnya sehingga posisi badannya membungkuk pada meja komputer. Pantatnya kelihatan jelas, bulat. Pelukanku dari belakang tubuhnya membuat dia tertindih di meja. Kutempelkan kemaluanku pada lubang pantatnya. Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak paksa, kudorong masuk kemaluanku. “Aih.. ah uh aoowww..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kenikmatan yang tiada taranya kurasakan. “Jangan.. aduh aahh sakiit, tidak deh.. ahh..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., kutarik dia berdiri. Lalu aku pun menggerakan kemaluanku maju mundur, mulutku menciumi pipinya dari samping belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu. Perempuan itu tidak henti-hentinya merintih, terutama ketika kemaluanku kudorong masuk. Beberapa tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku dengan sangat keras meremas buah dadanya. Badannya ikut tertarik ke belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya. “Ouhh.. hh..” kenikmatan luar biasa ketika kemaluanku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemaluanku yang masih menancap di pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya. Perempuan itu memandang ke arah layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya. “Ma’afkan aku.. Aku tidak kuat nahan diri,” aku mencoba menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab.
“Siapa namamu?” tanyaku dengan lembut. Kembali dia membisu.
“Aku mau pulang.. kamu tidak perlu nganter aku.. biar orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara perlahan.
“Aku sebenarnya tau siapa kamu.. Mas,” dia berbicara tanpa menoleh ke arahku.
“Ha.. aku..” aku tekejut.
“Ya.. karena aku temen baru pacarmu, Yuni, aku pernah liat foto-fotomu di tempat dia.”
Kali ini dia menatapku dengan tajam.
“Tapi.. aku sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini,” selesai dia menaikkan celana dan membetulkan BH dan T-shirtnya.
“Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia setia sama kamu,” lanjutnya.
“Kamu tidak.. kasian ama dia?”
Aku terdiam, termangu, bahkan tidak menyadari kalau dia sudah berlalu.
Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis itu Rani, memang dia teman pacarku, Yuni. Aku menyesali perbuatanku. Rani tetap baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Entah sampai kapan dia akan menyimpan rahasia ini. Aku kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memandang iba pada Rani. Oh, aku telah menghancurkan gadis yang tulus.
Tamat
Read More

Pemerkosaan Calon Pengantin

Diposting oleh Unknown

Ada sepasang kekasih bernama Tono dan Denita, mereka berdua tinggal bersama di sebuah rumah yang terletak di daerah yang agak terpencil di Jakarta. Sehari-harinya mereka hidup bahagia bersama dan mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Denita berusia 20 tahun sementara Tono baru berusia 18 tahun. Banyak yang menyayangkan keputusan Denita untuk menikah dengan Tono, selain karena Tono lebih muda dari Denita, Denita sendiri adalah gadis yang sangat cantik. Wajahnya amat manis, rambut hitam panjangnya yang berkilau dan kulitnya yang putih mulus karena Denita masih merupakan keturunan Chinese menambah daya tariknya selain tubuhnya yang proporsional. Tinggi Denita sekitar 165 cm, tubuhnya yang langsing namun padat cukup menonjolkan bagian dada dan pantatnya yang lumayan besar. Orang-orang merasa bahwa Tono tidak pantas untuk Denita karena selain penakut, Tono juga tidak begitu mandiri. Walaupun demikian, mereka saling mencintai satu sama lain. Denita sudah membeli gaun pengantinnya, dan Tono juga sudah mempersiapkan benda-benda yang mereka perlukan nantinya. Suatu malam, ada segerombolan penjahat berjumlah 6 orang datang ke rumah Tono dan Denita. Mereka terdiri dari 5 laki-laki dan seorang perempuan. Mereka berhasil melumpuhkan Tono dan menawan Denita. Denita sempat melawan, namun salah satu penjahat itu menjambak rambut panjang Denita dan memukul perutnya sehingga Denita terkapar kesakitan; Denita lalu ditampar dan diikat di ranjang dengan masih menggunakan gaun tidurnya dan mereka memukuli Tono didepan Denita. Denita yang sadar bahwa ia tidak mungkin bisa melawan para penjahat itu hanya bisa pasrah, ia masih shock saat dipukul tadi. Denita memohon pada para penjahat itu untuk tidak menyakiti Tono, namun ia justru ditertawakan karena melindungi Tono. Para penjahat itu mulai tertarik melihat wajah Denita yang cukup cantik dan keseksian tubuh Denita yang mengenakan gaun tidurnya itu. Mereka juga kagum melihat keberanian Denita. Para penjahat itu lalu mulai mencari barang-barang berharga, namun mereka tidak menemukan apapun. Penjahat perempuan itu menemukan gaun pengantin Denita dan cincin nikah Tono dan Denita. Ia lalu menemukan sebuah ide, dan ia lalu memberitahukan idenya itu pada para temannya. Kelima penjahat laki-laki itu setuju pada ide perempuan itu. Perempuan itu lalu membawa Denita ke kamarnya, dan mengancam akan membunuh Tono apabila Denita tidak menuruti kemauannya. Perempuan itu lalu menelanjangi Denita dan membawa cewek itu ke kamar mandi. Denita lalu dimandikan oleh perempuan itu, rambutnya dicuci dan tubuhnya diberi wewangian, sehingga tubuh Denita memancarkan aroma yang amat wangi. Perempuan itu juga mencukur rambut di kewanitaan Denita hingga bersih. Denita lalu dipaksa meminum air mentah sebanyak dua gayung penuh oleh perempuan itu sehingga Denita merasa agak pusing karena perutnya kembung.
Setelah selesai mandi, perempuan itu mendandani Denita secantik mungkin. Ia lalu memakaikan celana dalam yang baru, stocking, sarung tangan, dan gaun pengantin milik Denita lengkap dengan rok petticoat agar rok gaunnya tampak mengembang kepada Denita, sehingga Denita benar-benar terlihat seperti pengantin wanita yang hendak menikah. Perempuan itu memerintahkan Denita agar berkelakuan seperti yang ia perintahkan. Saat dipengantinkan, perempuan itu menyadari bahwa Denita sedang dalam masa subur saat melihat bercak di pembalut wanita dan celana dalam yang sebelumnya dipakai Denita.
Sementara itu, para penjahat laki-laki itu menyekap Tono di sofa ruang tamu untuk menunggu Denita. Mereka mengejek dan memukul Tono di sofa itu. Hingga Tono babak belur tak berdaya. Tak lama kemudian, pintu kamar Denita terbuka dan keluarlah perempuan itu beserta Denita yang sudah dipengantinkan. Tono dan para penjahat itu terpesona melihat kecantikan Denita. Denita mengenakan gaun pengantinnya yang bertipe braless dengan rok petticoat sebagai rok dalam sehingga rok gaunnya tampak mengembang dan gaun itu berekor panjang, rok gaun Denita dihiasi dengan pita-pita yang terjalin sehingga rok itu tampak berlapis-lapis. Rambut Denita yang hitam panjang dibiarkan tergerai, dan dihiasi dengan tudung kepala sutra. Mahkota bunga berwarna putih yang dipakaikan di kepala Denita menambah kecantikan Denita. Bibir dan kelopak mata Denita berwarna pink. Denita memakai stocking putih, sarung tangan berwarna putih, dan sepatu hak tinggi berwarna putih. Dengan gaun model braless itu, dada Denita yang berukuran 34 B terlihat menonjol, dan tubuhnya menampakkan kesan seksi karena gaun itu memang agak ketat untuk Denita. Gaun itu makin tampak serasi dengan kulit Denita yang putih mulus karena Denita masih merupakan keturunan Chinese. Para penjahat itu berdiskusi sebentar, lalu mereka mengikat Tono erat-erat, dan membawa Tono ke kamar. Tono lalu didudukkan dikursi sofa yang mereka pindahkan dari ruang tamu kedalam kamar itu.
Sementara itu, Denita dipakaikan celemek putih berenda oleh para penjahat itu, dan disuruh memasak makanan untuk para penjahat itu. Denita lalu memasak makanan untuk para penjahat itu dengan diawasi oleh perempuan itu. Saat memasak, Denita sering kentut, perempuan itu menyadari bahwa Denita akan buang air besar. Denita lalu menghidangkan masakannya ke para penjahat itu. Saat menghidangkan makanan, perempuan itu menepuk pantat Denita dan Denita langsung kentut. Wajah Denita memerah karena malu. Para penjahat itu memerintahkan Denita untuk menari dan bernyanyi untuk menghibur mereka saat makan sebagai hukuman karena ia kentut. Denita dipaksa menyanyikan lagu dangdut untuk mengiringi tariannya. Denita dipaksa bergoyang sehingga lekuk tubuhnya dapat dipertontonkan dihadapan para lelaki itu. Para penjahat itu amat menyukai makanan yang disajikan Denita karena
Denita memang mahir memasak, terlebih mereka bisa mendengar suara merdu Denita sambil menonton tarian Denita yang gemulai. Setelah selesai makan, para penjahat itu lalu menyuruh Denita menjilati piring bekas makanan mereka seperti seekor ******. Perempuan itu berbisik memberi perintah pada Denita. Denita sempat menolak perintah perempuan itu, namun ia terpaksa menuruti perintah perempuan itu setelah ia kembali diancam.
Denita kemudian dibawa ke toilet oleh para penjahat itu. Denita lalu menuruti perintah perempuan itu untuk berkelakuan seperti yang ia perintahkan. Denita menungging, lalu menarik rok gaunnya keatas hingga celana dalamnya yang berwarna putih berenda terlihat. Para penjahat itu bersiul melihat pantat dan paha mulus Denita yang masih dibalut stocking putih itu.
Perempuan itu kemudian membagi undian kepada para penjahat itu untuk mengundi tubuh Denita. Tubuh Denita dibagi menjadi 4 bagian tubuh yang diundi lewat secarik kertas untuk menentukan hak masing-masing para penjahat itu atas tubuh Denita. Penjahat pertama memenangkan memek Denita, sekaligus keperawanan pengantin itu. penjahat kedua juga mencabut kertas bertuliskan vagina Denita, namun ia tampak kesal karena keperawanan Denita sudah diantri duluan oleh rekannya, apalagi pandangannya dari tadi tertuju kepada pantat montok pengantin cantik yang sedang menungging itu, seolah tidak sabaran ingin memperawani liang dubur Denita yang masih belum terjamah lelaki. Penjahat ketiga tampak cukup puas saat mendapatkan mulut dan bibir Denita yang mungil itu, dimana ia akan dilayani dengan servis oral dari bibir pink sang pengantin.
Penjahat keempat yang bertubuh kecil tidak begitu senang saat mendapatkan lubang pantat Denita, ia merasa tidak senang kalau harus bercinta dengan lubang pantat pengantin itu. Apalagi mengingat Denita kentut saat mereka makan, ia malah merasa semakin jijik dengan gadis itu. Ia yakin lubang pantat gadis itu pasti dipenuhi kotoran yang jorok, dan tentu saja, ia tidak mau terkena penyakit karena kuman-kuman kotoran Denita dalam duburnya. Namun, penjahat kedua menawarkan untuk menukarkan jatah mereka dengan imbalan Rp. 15.000 dan izin dari perempuan itu untuk menjamah payudara Denita pada rekannya itu. Walaupun keberatan, penjahat keempat itu menerima tawaran temannya itu. Denita tertegun dan merasa amat terhina saat menyadari keperawanan duburnya dihargai hanya Rp. 15.000, bahkan jauh lebih rendah dari biaya sewa pelacur semalam.
Penjahat terakhir yang berbadan paling besar mendapat “kehormatan” untuk menyetubuhi Denita sepuas hatinya di bagian manapun yang ia mau karena penjahat itu tampaknya adalah pemimpin gerombolan itu. Denita terkejut saat salah satu penjahat yang “membeli” pantatnya di undian itu tiba-tiba mengelus dan meremas pantatnya yang seksi sambil menggoda bahwa Denita cantik, namun ia ‘nakal’ karena melawan mereka dan kentut saat mereka makan. Wajah Denita memerah karena malu dan marah, ingin rasanya ia menampar penjahat yang kurang ajar itu, namun ia tidak berdaya karena mereka pasti semakin akan berbuat buruk pada Tono dan dirinya. Penjahat itu lalu melorotkan celana dalam Denita hingga terlepas, sehingga pantat dan kewanitaan Denita terlihat jelas. Denita dipaksa melebarkan kakinya dan menungging di kloset, tangan Denita disuruh memegang kloset itu. Denita mulai dipermalukan oleh penjahat itu, penjahat itu lalu bertanya pada Denita apakah Denita hendak buang air besar. Denita yang malu menggelengkan kepala, namun penjahat itu mengatakan bahwa ia tak percaya. Penjahat itu kembali menyingkapkan rok gaun Denita hingga pantat Denita kembali terlihat jelas, ia lalu mencengkeram kedua bongkahan pantat Denita dan menariknya ke arah berlawanan sehingga lubang pantat Denita terlihat. Tanpa merasa jijik, dibenamkannya hidungnya ke lubang pantat itu dan diendusinya lubang kotoran Denita. Denita merasa geli saat hembusan nafas lelaki itu menyapu lubang terlarangnya itu, apalagi kumis lebat lelaki itu menggelitik pantatnya. Setelah puas mengendusi pantat Denita, penjahat itu mengejek Denita dengan mengatakan bahwa ia mencium bau kotoran cewek itu. Penjahat itu lalu mengambil dua tangkai cotton buds. Salah satu cotton buds itu dilesakkannya kedalam lubang pantat Denita, sehingga Denita mengejang terkejut sesaat. Penjahat itu lalu mengorek pantat Denita dengan cotton buds itu selama beberapa detik dan tiba-tiba menarik cotton buds itu keluar dari pantat Denita sehingga Denita meringis. Kapas cotton buds yang tadinya berwarna putih itu kini berwarna kuning kecoklatan karena kotoran Denita. Denita malu sekali saat dipaksa melihat cotton buds yang sudah dilapisi oleh kotorannya itu. Penjahat itu juga sempat memukuli pantat Denita sebagai hukuman karena Denita kentut sehingga kedua belahan pantat Denita yang tadinya putih mulus kini berwarna pink kemerahan karena dipukul. Denita lalu dipaksa duduk di kloset, sementara perempuan itu menarik rok Denita keatas, dan menarik kedua tungkai kaki Denita ke arah yang berlawanan sehingga kewanitaan Denita terlihat jelas karena Denita berada dalam posisi mengangkang. Perempuan itu lalu menyuruh Denita untuk buang air besar dihadapan mereka. Denita terkejut mendengar perintah perempuan itu, terutama saat perempuan itu mengatakan bahwa penjahat laki-laki yang memenangkan pantat Denita di undian akan mencuci pantat Denita setelah Denita buang air besar. Denita lalu berpura-pura sedang dalam keadaan tidak ingin buang air besar, namun para penjahat laki-laki itu mengancam Denita apabila Denita tidak buang air besar, maka Tono akan mereka bunuh. Denita terpaksa menuruti perintah para penjahat itu untuk buang air besar, namun Denita memohon pada para penjahat itu agar mereka tidak menyakiti Tono. Wajah Denita memerah karena malu saat para penjahat itu menyaksikan dirinya buang air besar. Denita merintih sejenak, lalu kentut dengan keras. Beberapa saat kemudian, kotoran Denita berjatuhan dari pantatnya. Para penjahat itu menutup hidung mereka karena bau kotoran Denita, namun mereka terangsang melihat Denita yang cantik sedang buang air besar dengan mengenakan gaun pengantinnya. Denita sendiri merasa amat malu, baru kali ini seumur hidupnya ia buang air besar sambil ditonton pria, apalagi mata mereka tampak lebih tertuju melihat ke selangkangannya. Denita juga melihat bagian kejantanan para penjahat itu tampak menegang saat melihatnya buang air besar. Tidak jauh berbeda dengan para penjahat laki-laki itu, perempuan itu terus melihat dan mengamati vagina Denita, ia tersenyum saat melihat Denita tidak banyak kencing saat buang air besar. Setelah selesai buang air besar; sesuai perintah perempuan itu, Denita lalu meminta penjahat laki-laki yang memenangkan pantatnya untuk mencuci pantatnya. Penjahat laki-laki itu lalu membersihkan pantat Denita, Denita merasa malu saat jari penjahat itu menyentuh dan mencuci lubang pantatnya dengan air. Namun Denita merasa nyaman karena penjahat itu membersihkan pantatnya dengan lembut, terutama saat menyentuh lubang pantat Denita. Setelah pantatnya selesai dibersihkan, Denita dipaksa berterima kasih kepada penjahat itu. Denita lalu diberi pilihan oleh para penjahat itu untuk menikah massal dan bercinta dengan mereka, atau menyaksikan Tono dibunuh. Dengan berat hati, Denita memilih untuk mengorbankan dirinya. Denita tidak diperbolehkan memakai celana dalam oleh kelima penjahat itu, supaya ia siap bercinta dengan mereka. Denita dan para penjahat itu lalu kembali ke kamar. Sesampainya di kamar, Perempuan itu lalu berdiri di belakang sebuah meja yang dijadikan seperti altar oleh para penjahat itu. Denita lalu bergandengan dengan salah satu penjahat itu, dan mereka berjalan menuju ‘altar’ itu. Setibanya di altar, mereka melecehkan Denita yang mengenakan gaun pengantin dengan berpura-pura mengadakan upacara pernikahan. Denita dan penjahat itu lalu berlutut didepan altar buatan itu. Denita mengucapkan sumpah setianya kepada penjahat itu dan mengakui kekuasaan penjahat itu atas dirinya, namun penjahat itu melecehkan Denita dengan menolak mengakui Denita sebagai istrinya, dan mengakuinya sebagai penghibur. Penjahat itu mengaitkan tali merah di ibu jari Denita sebagai ‘cincin kawin’. Denita tidak dapat berbuat banyak agar Tono selamat. Tono yang tidak tahu bahwa Denita dipaksa menikah oleh perempuan itu berteriak keras, namun mulutnya disumpal dengan pembalut wanita bekas Denita oleh para penjahat itu. Perempuan itu lalu mengawasi Tono. Denita ‘menjual’ dirinya sebagai penghibur kepada para penjahat itu satu-persatu di ‘pernikahan’ itu. Denita mengakui 5 orang lelaki sebagai suaminya malam itu, namun ia tidak pernah dianggap sebagai istri oleh mereka. Semua jari di tangan kanan Denita dipasangi tali merah itu. Denita ‘menikah’ saat usianya baru 20 tahun. Setelah pernikahan itu, Denita lalu melaksanakan ‘kewajibannya’ sebagai seorang istri dari para penjahat itu. Denita berlutut di ranjang, kedua pahanya dibuka lebar-lebar. Denita lalu menunggingkan pantatnya, siap untuk bercinta. Denita menitikkan air mata menghadapi perlakuan para ‘suaminya’. Wanita itu membawa sebuah kamera yang ia dapatkan dari lemari Denita dan siap mengabadikan malam itu. Sambil disaksikan oleh Tono yang terikat didepan ranjang, dagu lancip Denita ditegadahkan ke wajah salah satu penjahat itu dan bibir mungil Denita dicium oleh penjahat yang mendapat undian untuk memperoleh mulutnya, Denita merasa sedikit aneh karena ia berciuman untuk pertama kalinya. Penjahat pertama itu memaksa memasukkan lidahnya ke mulut Denita, Denita hanya bisa pasrah menahan rasa geli saat lidah penjahat itu menggerayangi mulutnya. Penjahat itu memeluk tubuh Denita dengan erat, tangannya dilingkarkan ke pinggul Denita sambil sesekali meremas pantat Denita. Penjahat itu tampaknya berusaha menyedot ludah Denita sambil menjilati gigi dan lidah Denita untuk merangsang Denita. Adegan berciuman itu membuat para penjahat yang lain terangsang, penjahat yang melepas celana dalam Denita lalu menyingkap rok gaun Denita, mereka melihat kewanitaan Denita agak lembab, tanda bahwa Denita terangsang. Penjahat berikutnya lalu berbaring dibawah selangkangan Denita dan segera menjilati kewanitaan Denita. Denita terkejut saat merasa kewanitaannya dijilati, namun ia tidak bisa melawan karena tangannya dipiting oleh penjahat yang sedang berciuman dengannya. Denita hanya bisa meronta saat ia merasakan sensasi yang aneh di kewanitaannya, sensasi yang baru pertama kali ia rasakan sebagai seorang wanita. Denita berusaha mengatupkan pahanya, namun penjahat itu menarik kedua tungkai pahanya kearah yang berlawanan, dan menekan paha Denita. Denita tidak mampu melawan tenaga penjahat itu, apalagi penjahat itu cukup kekar perkasa. Lama kelamaan Denita semakin terangsang sehingga kewanitaannya semakin banyak mengeluarkan cairan cintanya, membuat penjahat yang menjilati kewanitaannya kini mulai menghisap cairan cintanya. Penjahat itu sesekali menjilat klitoris Denita, sehingga Denita semakin menggelinjang kegelian. Denita juga tidak lagi berusaha mengatupkan pahanya, karena tenaganya mulai habis karena sensasi yang ia terima di mulut dan kewanitaannya. Usaha kedua penjahat itu akhirnya berhasil; setelah beberapa lama berciuman dan dijilati, Denita mulai terangsang karena keahlian berciuman dan jilatan para penjahat itu. Denita lalu menjulurkan lidahnya dan mulai memainkan lidahnya dengan lidah penjahat itu, Denita juga menerima ludah yang dituangkan penjahat itu ke dalam mulutnya dan menelan ludah itu. Denita dan penjahat itu lalu mulai saling mengulum bibir mereka. Denita merasa malu sekali saat para penjahat yang sedang menunggu giliran menjelaskan kepada Tono bahwa Denita sedang terangsang dan menunjukkan kewanitaan Denita yang semakin banyak mengeluarkan cairan sebagai bukti. Walaupun Tono berusaha tidak mendengar, Denita tetap merasa malu sekali, Ia seharusnya mengenakan gaun pengantinnya saat menikah dengan Tono, namun kini ia malah terangsang dan bercinta dengan pria lain dihadapan Tono sambil mengenakan gaun pengantinnya. Tono sendiri mulai terangsang, kemaluannya juga terlihat menegang karena baru pertama kalinya ia melihat kewanitaan Denita setelah sekian lama mereka berpacaran dan tinggal bersama. Setelah merasa cukup memberikan Denita ‘pemanasan’, penjahat yang menghisap cairan kewanitaan Denita berhenti. Ia lalu memberi isyarat pada temannya yang sedang berciuman dengan Denita. Penjahat itu menganggukkan kepalanya dan berhenti mencium bibir Denita. Denita lalu dipaksa belutut dengan paha yang terbuka lebar di hadapan Tono, penjahat yang menghisap cairan kewanitaan Denita lalu melepas celana dan celana dalamnya. Tono dan Denita bisa melihat kemaluan pria itu yang sudah menegang, dan tonjolan uratnya terlihat jelas, apalagi ukurannya cukup besar, sekitar 17 cm. Penjahat itu lalu berbaring dibawah tubuh Denita, ia mengatur posisi kemaluannya yang sudah menegang agar tepat dibawah kewanitaan Denita sehingga posisi mereka kini menjadi ‘woman on top’. Dua dari tiga penjahat yang belum mendapat kesempatan untuk bercinta dengan Denita lalu memegang rok gaun Denita di arah yang berlawanan, dan menarik petticoat dan rok gaun Denita keatas sehingga kewanitaan Denita dan kemaluan penjahat itu terlihat jelas oleh Tono. Perempuan itu lalu menyuruh Denita menurunkan pinggulnya. Denita yang menyadari apa yang akan terjadi berusaha menolak, namun perempuan itu mengeluarkan pisau dari sakunya dan mengacungkan pisau itu ke leher Tono. Denita tidak dapat menolak lagi. Perempuan itu menyuruh Tono melihat adegan terenggutnya keperawanan Denita. Denita mulai menurunkan pinggulnya dengan pelan, ia bisa merasakan kemaluan penjahat itu di mulut kewanitaannya. Sambil menutup mata, Denita terus melanjutkan menurunkan pinggulnya pelan-pelan. Karena tidak sabar, salah satu penjahat itu memegang pinggul Denita dan menurunkannya dengan cepat, seketika itu juga kemaluan penjahat itu menghunjam vagina Denita. Denita menjerit kesakitan karena keperawanannya direnggut, apalagi ukuran penis itu begitu besar, sehingga hanya masuk sebagian di kewanitaannya walaupun kewanitaannya sudah basah oleh cairan cintanya dan ludah penjahat yang tadi menjilati memeknya itu. Penjahat itu mendesah puas, ia bisa merasakan hangatnya liang kewanitaan Denita dan juga vagina Denita yang masih sempit karena baru pertama kalinya dimasuki kejantanan lelaki. Penjahat itu mulai memegang pinggang Denita dan menggoyangkan pinggul Denita, layaknya goyangan gerakan dangdut, agar penisnya masuk sepenuhnya di vagina Denita. Denita hanya merintih pelan saat ia ‘digoyang’ diatas penis penjahat itu. Perlahan-lahan penis penjahat itu mulai tertelan masuk kedalam vagina Denita Beberapa saat kemudian, penjahat itu mengubah goyangan Denita menjadi pompaan. Denita dientot naik-turun sehingga penis itu menghunjam vaginanya berulang kali. Jeritan Denita semakin keras, tapi mulut Denita langsung disumpal dengan kemaluan penjahat yang berciuman dengannya. Denita lalu dipaksa untuk mengoral kemaluan penjahat itu. Denita hanya bisa pasrah mengulum dan memainkan kemaluan penjahat itu di dalam mulutnya sambil menangis menahan rasa perih di kewanitaannya, namun suara tangisan Denita terhalangi oleh kemaluan penjahat yang menyumpali mulutnya. Denita merasa amat jijik dan hampir muntah saat mengulum kemaluan penjahat itu yang bau, namun penjahat itu malah menekan kepala Denita ke kemaluannya sehingga pangkal penis itu masuk hingga ke tenggorokan Denita, dan membuat Denita sulit bernafas. Penjahat itu puas saat merasakan kehangatan mulut dan kelembutan bibir Denita. Denita lalu diperintahkan untuk menjilat dan mengemut kemaluan itu. Setelah sekitar 15 menit diperkosa, Denita mulai tidak bisa mengontrol tubuhnya lagi, rintihannya berganti menjadi lenguhan dan ia kini menggerakkan tubuhnya sesuai nalurinya, para penjahat itu tertawa melihat Denita yang terbawa nafsunya. Beberapa menit kemudian, penjahat yang dioral oleh Denita menekan kepala Denita dengan keras di penisnya lalu memuncratkan spermanya tepat ke tenggorokan Denita. Denita terkejut saat merasa mulutnya dipenuhi cairan kental yang amis. Penjahat itu terus menekan kepala Denita sehingga Denita terpaksa menelan bibit-bibit bayi yang baru saja dituangkan ke mulutnya itu. Suara lenguhan Denita terdengar semakin keras saat penjahat itu melepas penisnya dari mulut Denita, penjahat itu tertawa puas melihat benang lendir sperma di mulut Denita yang terlihat jelas diantara gigi Denita yang putih saat Denita membuka mulutnya ketika ia melenguh. Penjahat yang sedang memompa Denita melihat bahwa temannya sudah memberi Denita sperma. Ia juga tak mau kalah dari temannya itu sehingga ia mempercepat pompaannya. Akibatnya, Denita semakin melenguh keras merasakan kenikmatan di kewanitaannya, yang kini sudah bisa dimasuki penuh oleh penis penjahat itu. Namun penjahat itu tidak membiarkan Denita mencapai orgasme, ia mengontrol gerakan memompanya, sesekali gerakannya begitu cepat, namun saat merasa Denita hendak orgasme, ia memperlambat pompaannya sehingga Denita semakin kerepotan. Penjahat itu juga sering menggoda Tono dengan cara memeluk Denita dari belakang dan menjilati wajah Denita yang cantik atau sesekali menghentikan gerakannya, sehingga Denita secara otomatis menggoyang-goyangkan pantatnya agar penis itu tetap menyodoknya. Para penjahat itu menertawakan tingkah Denita itu sambil menyebutnya pelacur. Penjahat itu juga sesekali menghentikan pompaannya dan memaksa Denita melihat penisnya yang sedang menyatu dengan kewanitaan Denita. Beberapa saat kemudian, penjahat itu mendesah keras dan Denita menjerit saat kewanitaannya dimasuki para calon bayi mereka, hasil buah percintaan Denita dengan penjahat itu. Penjahat itu lalu mencabut penisnya dari kewanitaan Denita setelah ia merasa spermanya telah tertuang hingga habis. Dengan kejamnya, perempuan itu menyuruh para penjahat itu segera mengangkat kedua tungkai kaki Denita setinggi mungkin dan tegak lurus sehingga Denita kini bertumpu pada bahunya. Kewanitaan Denita sengaja dipamerkan di depan Tono agar Tono melihat jelas proses awal kehamilan Denita. Tono dapat melihat jelas paha Denita yang indah yang dibalut dengan stocking putih itu dan pusar Denita. Rok gaun Denita menutupi wajah Denita, dalam keadaan seperti itulah Denita dibiarkan selama beberapa menit agar sperma hasil percintaannya membuahi rahimnya sehingga ia kelak dapat hamil.
Penjahat yang baru saja menuangkan spermanya di vagina Denita itu mengocok-kocok liang vagina Denita agar spermanya benar-benar tertelan habis kedalam tubuh pengantin wanita itu untuk memastikan bahwa spermanya dapat menjadikan Denita sebagai seorang ibu bagi anak-anak mereka kelak.
Denita menangis keras dan meronta-ronta saat merasakan sperma penjahat itu semakin cepat memasuki rahimnya dalam jumlah yang banyak. Namun, Penjahat yang dioral Denita segera melumat bibir Denita sehingga Denita tidak bisa mengeluarkan suara lain selain rintihan pelan. Di dalam hatinya, Denita tidak mau menjadi ibu dari anak yang akan ia kandung hasil dari pemerkosaan itu, apalagi dari pria yang sama sekali tidak ia cintai, namun disisi lain sebagai seorang wanita, Denita merasa aneh dan takut bercampur bahagia karena ia akan menjadi seorang wanita sepenuhnya saat melahirkan bayi yang ia kandung kelak dan menjadi ibu dari anak itu. Tono terpukul saat melihat kewanitaan gadis yang ia cintai kini telah dipenuhi calon bayi dari pria lain, pertanda bahwa Denita bisa saja hamil dari percintaannya dengan penjahat itu. Perempuan itu lalu membisikkan sesuatu pada Denita untuk membujuk dan meyakinkan Denita agar Denita dapat menerima kehamilannya itu sebagai kodrat, dan mengatakan bahwa kehamilan adalah impian tiap wanita, dan Denita baru saja mulai menapaki jalan menjadi seorang wanita sejati. Perempuan itu juga mulai membisikkan keindahan menjadi seorang ibu pada Denita sekaligus kembali mengancam akan membunuh Tono apabila Denita bertingkah macam-macam, sehingga Denita mulai berhenti menangis dan mulai dapat menerima calon bayi yang akan ia kandung. Denita juga tidak lagi meronta, ia tampaknya pasrah menerima nasibnya itu. Lagipula, ia tidak mau Tono kembali dilukai oleh para penjahat itu. Beberapa menit kemudian, setelah perempuan itu merasa sperma penjahat itu telah sepenuhnya masuk dan mengering di kewanitaan Denita, Denita mulai disiapkan untuk kembali bercinta dengan 3 penjahat yang masih menunggunya. Denita tidak lagi berontak, ia hanya menuruti perintah para penjahat itu tanpa menolak lagi.
Ketiga penjahat yang berikutnya sudah melepas celana mereka dan penis mereka yang cukup besar terlihat sudah menegang cukup lama sejak adegan percintaan Denita sebelumnya.
Penjahat yang mendapat giliran ketiga lalu duduk di kursi, laki-laki itu bertubuh jauh lebih besar dan gagah dari penjahat yang baru merenggut keperawanan Denita, tingginya sekitar 190 cm dan kulitnya yang hitam gelap makin menonjolkan kesan sangarnya; kontras dengan Denita yang tingginya hanya sekitar 160 cm dan berkulit putih. Denita gemetar melihat laki-laki itu, yang rupanya adalah penjahat yang tadi memukulnya. Laki-laki itu rupanya adalah pemimpin para penjahat itu, ia memiliki penis dengan ukuran terbesar, sekitar 20 cm. Tonjolan urat penisnya terlihat jelas. Penis berwarna hitam itu terlihat berdiri tegak dengan gagah perkasa, siap membawa Denita ke kenikmatan surgawi. Tono dan para penjahat bahkan lainnya sempat minder melihat kegagahan lelaki itu. Perempuan itu membisikkan sesuatu ke Denita, dan Denita mengangguk tanda mengerti. Denita lalu berlutut di depan lelaki itu dan memasukkan penis itu ke mulutnya, Denita mulai memainkan penis besar itu didalam mulutnya Bibirnya yang mungil memijat kemaluan itu, liur Denita membasahi penis itu, dan penis itu terkadang digesekkan di giginya yang putih. Penjahat itu memegang kedua buah dada Denita dan sesekali meremasnya. Ia merasa gemas melihat gadis muda secantik Denita dalam balutan busana pengantinnya sedang memberinya servis. Tak lama kemudian, penjahat itu melorotkan bagian dada gaun Denita, sehingga kedua buah dada Denita ‘melompat’ keluar karena Denita tidak memakai bra. Penjahat itu lalu mengeluarkan penisnya dari mulut Denita, perempuan itu kembali memberi Denita perintah baru. Denita lalu menjepit penis itu diantara kedua buah dadanya, dan mengocok penis itu dengan kedua buah dadanya itu sambil menjilati ujung penis itu. Mereka yang menonton adegan itu menelan ludah; Denita seperti sedang makan hot dog. Buah dada Denita yang putih dan montok bagaikan roti menjepit sempurna kemaluan penjahat itu yang hitam gelap seperti sosis. Tak lama kemudian, Denita kembali disembur sperma hangat dari ‘sosis’ yang ia ‘makan’, sehingga wajah dan buah dadanya berlepotan dengan sperma kental. Penjahat itu beristirahat sebentar, sementara para penjahat yang lain menyendoki sperma yang berlepotan di wajah dan tubuh Denita, lalu memaksa menyuapi Denita dengan sperma itu sehingga sperma yang tadinya berceceran di wajah dan dada Denita kini pindah kedalam perut Denita. Para penjahat itu juga memaksa membersihkan kewanitaan Denita dari bercak darah keperawanannya dan bekas sperma yang mengering. Setelah cukup beristirahat, penjahat lalu menyuruh Denita untuk kembali melayaninya. Denita lalu menaikkan rok gaunnya dengan bantuan kedua penjahat lainnya dan mendudukkan dirinya dengan arah menghadap penjahat itu, tepat diatas kemaluan penjahat itu sehingga sekali lagi kewanitaannya dimasuki penis. Denita lalu memeluk leher penjahat itu, ia juga melingkarkan kakinya ke pinggang penjahat itu dan menyilangkan kedua mata kakinya sehingga kini ia mengunci pinggang penjahat itu. Setelah merasa sudah siap, Denita mulai menggerakkan pinggulnya agar penis penjahat itu semakin memasuki kewanitaannya, karena kewanitaannya masih sempit dan penis itu begitu besar. Penjahat itu memegangi pinggul Denita dan membantu Denita memasukkan penisnya kedalam liang kewanitaan Denita sambil menjilati dan mengisap puting susu Denita yang sudah mengeras. Denita hanya mendesah ringan saat menyusui penjahat itu. Setelah ia merasa penisnya telah masuk sepenuhnya kedalam memek Denita, penjahat itu memegang pinggul Denita dengan kencang dan mulai memompa Denita naik turun sambil meremas dada Denita dan menggigiti puting susu Denita. Denita jelas kewalahan menghadapi sensasi di kewanitaan dan puting susunya sekaligus, Denita pun mendesah keras penuh kenikmatan. Penjahat itu lalu memanggil salah satu rekannya yang masih belum bercinta dengan Denita. Penjahat keempat itu datang menghampiri Denita dengan membawa sebuah pompa ban. Denita mengenal penjahat itu sebagai penjahat yang mengendusi pantatnya di toilet sebelumnya. Penjahat lalu berlutut di depan kursi itu, tepat didepan pantat Denita. Kemudian Ia menelusup ke dalam rok gaun Denita dan menarik kedua bongkahan pantat pengantin wanita itu ke arah berlawanan sehingga terlihatlah lubang pantat yang tadinya ia cuci. Rupanya penjahat ini adalah penggemar pantat wanita, ia mulai meludahi pantat seksi itu dan memasukkan jari tengahnya kedalam anus Denita. Denita menjerit saat lubang pantatnya dimasuki benda yang tak dikenal itu, namun mulutnya disumpal dengan celana dalam putihnya yang ia pakai saat dijadikan pengantin. Pantat Denita yang seharusnya dipakai untuk mengeluarkan kotorannya sekarang dipakai untuk pemuas nafsu lelaki itu. Perlahan lahan jari penjahat itu terbenam dalam lubang pantat Denita, penjahat itu dapat merasakan kehangatan dan kelembutan dalam lubang pantat Denita karena daging lubang pantat itu melingkari jari penjahat itu dengan pas seperti sebuah cincin. Penjahat itu lalu mengocok jarinya didalam anus Denita untuk membuka lubang pantat itu lebih lebar, sehingga Denita semakin tak berdaya, serasa ada tornado yang berputar dalam pantatnya, apalagi tubuhnya masih terhempas-hempas karena dientot oleh pemimpin para penjahat itu. Habis sudah Denita diperkosa dari depan dan belakang, Denita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras karena ia tidak dapat menjerit karena mulutnya disumbat, namun ia merasakan sensasi yang luar biasa karena ia sedang bercinta dengan 2 lelaki sekaligus dengan menggunakan kedua lubang tubuhnya. Denita lalu mulai menikmati kocokan di anusnya itu, ia berharap kocokan itu tidak pernah berhenti. Setelah cukup mengocok anus Denita sekitar 10 menit, penjahat itu mencabut jarinya dari pantat Denita sehingga lubang pantat Denita kini terbuka lebar sebesar lubang jari kelingking dan tidak bisa terkatup lagi, dari lubang pantat itu tercium bau tidak sedap. Denita terhenyak, ia sebenarnya masih ingin penjahat itu mengorek duburnya hingga puas, Denita sempat menggelengkan kepala saat penjahat itu mencabut jarinya dari pantat Denita. Bahkan kotoran Denita kembali muncrat sedikit saat jari itu tercabut dari pantatnya. Penjahat itu lalu menggoda Denita sambil mengatakan bahwa Denita masih belum bisa menceboki pantatnya sendiri dengan baik, bahkan setelah menjadi seorang pengantin wanita. Ia lalu menawarkan untuk membersihkan pantat Denita. Denita yang sudah dilanda nafsu hanya mengangguk dengan segera, ia mengira penjahat itu akan membersihkan pantatnya dengan tissue, namun penjahat itu tersenyum dan segera menelusup lagi kedalam pantat Denita tanpa membawa tissue. Sadarlah Denita bahwa penjahat itu hendak menjilati duburnya. Denita menggeleng keras namun terlambat, penjahat itu menjulurkan lidahnya dan memasukkan lidahnya kedalam pantat Denita, penjahat mulai menjilati anus Denita, lidahnya dibenamkannya kedalam lubang pantat pengantin wanita itu sedalam mungkin untuk mencicipi nikmatnya anus Denita tanpa peduli bahwa Denita baru saja buang air besar, dan tidak menghiraukan aroma tidak sedap dari lubang pantat Denita. Denita merasa geli sekali saat pantatnya dicicipi seperti itu, lidah itu terasa seperti daging yang licin dan lunak memasuki pantatnya. Penjahat itu dengan senang hati menjilati lubang pantat Denita, bahkan ia juga menjilati kotoran Denita yang sedikit berlepotan setelah pantatnya dikocok tadi. Denita benar-benar tidak habis pikir, ada juga lelaki yang mau memakan kotoran wanita seperti itu. Namun penjahat itu malah semakin senang menjilati pantat Denita, seperti mimpi ia bisa menikmati pantat pengantin secantik Denita. Ia tidak keberatan walau harus memakan kotoran cewek cantik itu. Setelah puas menikmati lezatnya pantat Denita, penjahat itu memasukkan pentil pompa ban itu ke dalam anus Denita. Penjahat itu lalu memompa pantat Denita agar penuh berisi angin. Denita melenguh saat ia merasa perut dan pantatnya sudah dipenuhi angin. Penjahat itu baru berhenti memompa Denita setelah mendengar suara kentut Denita yang pelan. Penjahat yang sedang memompa vagina Denita lalu berdiri mengangkat Denita yang masih memeluk lehernya dengan mudahnya sambil memegangi kedua bongkahan pantat Denita. Kuncian kaki Denita terlepas sehingga paha Denita terangkat membentuk huruf ‘M’, Denita tetap memeluk leher penjahat itu dengan erat agar ia tidak jatuh. Penjahat yang lainnya mengangkat rok gaun Denita keatas sehingga lubang pantat Denita terlihat jelas didepan mata penjahat keempat yang menggemari pantat wanita itu. Denita akhirnya juga kehilangan keperawanan pantatnya, setelah pantatnya disodomi oleh kemaluan penjahat itu dari belakang. Denita melenguh keras sekali saat penis besar itu memasuki anusnya. Saat pantat Denita dimasuki kemaluan penjahat itu, Denita langsung kentut karena tubuhnya sudah dipenuhi angin, sehingga penjahat itu semakin tergoda. Setiap kali kemaluan penjahat itu membentur lubang pantat Denita, Denita selalu kentut. Cairan kewanitaan Denita juga meluber ke lubang pantatnya sehingga memudahkan penis penjahat itu untuk memasuki anusnya. Tono takjub melihat pemandangan itu, baru kali ini ia melihat adegan percintaan seperti itu. Seorang pengantin wanita yang cantik bagai seorang putri raja, gadis yang amat ia cintai kini sedang bercinta dengan 2 orang nista. Tubuh yang putih mulus itu kini terapit oleh 2 tubuh gelap dan perkasa. Tubuh yang seharusnya diberikan Denita kepadanya kelak kini sedang dinikmati oleh para lelaki bejat itu, dan bahkan Denita akan mengandung buah cintanya dengan para lelaki itu. Suara tumbukan antara tubuh Denita dan para penjahat itu menggema di ruangan itu selain suara desahan Denita, suara kentut Denita setiap kali pantatnya bertumbukan dengan kemaluan penjahat itu, suara kepuasan kedua penjahat yang mendapat kepuasan di kewanitaan dan lubang pantat Denita, dan suara jepretan kamera yang mengabadikan adegan percintaan itu. Kini Denita malah melenguh sendiri dan menggoyang-goyangkan pantatnya walaupun para penjahat itu berhenti memompanya; sehingga para penjahat itu kadang-kadang membiarkan Denita bergoyang sendiri. Para penjahat itu selalu mengingatkan Denita bahwa ia sedang diperkosa, tetapi Denita tidak peduli lagi, ia hanya merasakan kenikmatan luar biasa yang ia rasakan dan kini ia tidak mau melepaskan rasa nikmat itu, ia malah terus bergoyang agar kedua penis itu mengocoknya. Melihat sikap Denita, para penjahat itu lalu memanggil Denita dengan kata-kata kotor, seperti Puteri para pelacur, Pengantin Binal, atau Pelacur Glamor karena Denita cantik dan mengenakan gaun pengantinnya sehingga tampak seperti wanita yang kaya dan terhormat. Kata-kata itu semakin membuat Denita bersemangat dalam bercinta dengan para penjahat itu sehingga para penjahat itu semakin senang pada pelayanan Denita. Tono masih tidak percaya saat melihat Denita, yang dulunya amat galak saat masih kecil kini rela menurut pada para penjahat itu dan mau diperlakukan seperti itu. Denita mulai merasakan pengaruh dari 2 gayung air yang ia minum saat mandi tadi, kini ia kebelet hendak kencing, namun vaginanya masih disumbat oleh kemaluan pemimpin para penjahat itu. Tak lama kemudian, tubuh Denita bergetar dengan hebat, ia melengkungkan tubuhnya, memeluk leher penjahat itu dengan erat, dan melenguh keras sekali, kakinya menendang-nendang ke segala arah, akhirnya Denita mengalami orgasme pertama kalinya. Bahkan kedua penjahat itu harus memegangi tubuh Denita yang bergerak menggelepar-gelepar dengan liar itu. Tanpa ia sadari, Denita juga kencing saat orgasme sehingga air seninya membasahi tubuh kedua penjahat itu. Tono dan para penjahat itu takjub melihat air kencing Denita yang keluar dan tertimpa cahaya lampu yang remang-remang, sehingga tampak seperti air terjun kristal. Pemimpin para penjahat itu semakin terangsang melihat Denita yang kencing saat orgasme, ia lalu menyodok Denita lebih cepat dan ia mengeluarkan spermanya tak lama setelah Denita mengejang karena orgasme.
Setelah merasa semua spermanya telah dikeluarkan, penjahat tadi memberi isyarat pada temannya yang sedang menikmati kenikmatan anal seks dengan Denita. Penjahat yang menyodomi Denita langsung memegang paha Denita, mengangkat tubuh Denita sehingga penis temannya itu tercabut, Denita melingkarkan tangannya ke bahu penjahat itu agar tidak jatuh. Penjahat itu menggendong Denita berjalan ke sekeliling kamar itu dalam keadaan anus Denita dan penisnya masih menyatu dalam pantat Denita sambil memamerkan memek Denita yang dibanjiri sperma. Tono bisa melihat banyaknya sperma di kewanitaan Denita meluber keluar dari rahim Denita, dan menimbulkan bercak di stocking putih itu. Penjahat itu menggendong Denita kehadapan Tono dan menunjukkan penisnya yang bersatu dalam tubuh Denita di lubang pantat Denita.
Penjahat itu lalu mengocok memek Denita dihadapan Tono, sehingga Denita melenguh nikmat dan cairan cintanya disertai sperma pemimpin penjahat itu meleleh keluar dari celah vaginanya. Tono dipaksa berlutut oleh perempuan itu di depan selangkangan Denita, pembalut wanita bekas Denita dicabut dari mulut Tono, dan Tono lalu dipaksa menjilati memek Denita yang masih mengeluarkan sperma dan cairan cintanya. Tono lalu menjilati memek kekasihnya itu sesekali ia menghisap-hisap klitoris Denita untuk menghisap sperma dan cairan cinta di kewanitaan Denita dengan harapan untuk menurunkan kemungkinan Denita akan hamil dari bibit para penjahat itu. Penjahat itu juga terus mengocok kewanitaan Denita. Denita benar-benar terbang ke langit ketujuh, sensasi yang ia rasakan amat luar biasa, dimana memeknya kini sedang dikocok oleh penjahat itu sekaligus dijilati oleh kekasihnya, sementara pantatnya masih terasa sedikit sakit dan sesak karena dipenuhi oleh penis penjahat itu. Beberapa saat kemudian, mata Denita melotot lebar saat ia hendak mencapai orgasmenya, namun penjahat itu segera menghentikan kocokannya dan menarik Denita sedikit menjauhi Tono sehingga jilatan Tono di memek Denita terhenti. Akibatnya Denita tidak jadi orgasme. Denita menoleh ke arah penjahat itu dengan wajah yang sayu dan nafas yang terengah-engah memohon orgasmenya sehingga tawa para penjahat itu meledak melihat tingkah Denita. Mulut Tono lalu kembali disumpal dengan pembalut wanita itu. Penjahat itu lalu memberi Denita perintah untuk menggerakkan pantatnya sendiri yang masih dimasuki penis. Denita segera mematuhi perintah penjahat itu, pantatnya digoyang-goyangkan dan ia memompa penis itu dalam pantatnya sendiri. Denita masih sesekali kentut, dan Tono dipaksa mencium pantat Denita yang masih dimasuki penis itu. Denita sendiri merasa amat malu saat Tono menciumi penis penjahat itu dan pantatnya, namun ia terus menggerakkan pantatnya dihadapan Tono karena ia sudah tidak tahan dengan kenikmatan di lubang pantatnya itu. Setelah merasa kentut Denita semakin pelan; penjahat itu berbaring, dan sekali lagi perempuan itu menyuruh para penjahat itu untuk segera mengangkat kedua tungkai kaki Denita setinggi mungkin dan tegak lurus. Denita tetap dientot oleh penjahat itu, dan akhirnya seluruh sisa sperma penjahat ketiga itu memasuki rahim Denita. Penjahat yang menyodomi Denita mengganti posisi bercintanya dengan menelungkupkan Denita sehingga Denita kini dientot dari belakang dengan gaya anjing. Denita pasrah ditunggangi oleh penjahat itu dari belakang; ia berusaha menahan perih sekaligus kenikmatan di pantatnya saat penis itu memasuki pantatnya dan ia kentut. Saat celana dalam yang menyumpal mulutnya dilepas, Denita kembali mendesah keras, ia bahkan menuruti perintah penjahat itu untuk menggonggong seperti anjing betina.
Kedua tungkai kaki Denita lalu ditarik kebelakang oleh teman-teman penjahat itu melewati pinggang pemerkosanya itu; Denita lalu dipaksa menyilangkan kedua mata kakinya agar dirinya menjepit pinggang penjahat itu sehingga Denita kini seperti sebuah ikat pinggang. Dalam posisi itulah Denita kembali mengejang hebat dan melenguh keras sekali. Cairan cintanya muncrat disertai air kencingnya membasahi ranjang dan sebagian rok gaunnya saat ia mengalami orgasme kedua kalinya. Penjahat itu makin terangsang melihat Denita yang kencing sambil mengenakan gaun pengantin putih itu. Penjahat itu membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke leher Denita; dijilatinya leher Denita yang basah karena keringat setelah orgasme sambil terus menyodok anus Denita. Sekitar 15 menit kemudian, penjahat itu merasa telah mencapai puncak kenikmatan, ia langsung mengganti targetnya, penis itu dicabut dari anus Denita dan langsung ditanamkan ke kewanitaan Denita dan Denita mendesah keras saat kewanitaannya dibanjiri para calon bayinya yang lain. Kini Denita bahkan menaikkan kakinya sendiri untuk memberikan kesempatan bagi para calon bayi itu untuk dilahirkan olehnya ke dunia. Tentu saja para penjahat itu dengan sukarela membantu Denita dengan kembali mengangkat kedua tungkai kaki Denita tinggi-tinggi seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Setelah dibuahi, Denita menungging dan penjahat itu membenamkan wajahnya ke pantat Denita yang kini sudah tertutup rok gaunnya. Diendusnya pantat cewek itu; ia bisa merasakan kelembutan rok gaun Denita dan mencium bau wangi rok gaun cewek itu bercampur dengan bau amis sperma dan bau pesing air kencing Denita. Sebagai acara penutup, penjahat itu menepuk pantat Denita dan menyuruh Denita untuk kentut dihadapan mereka. Denita yang masih menungging kelelahan tidak merespon perintah penjahat itu. Akibatnya, para penjahat itu amat marah dan menyeret Tono ke arah Denita. Rok Denita disingkapkan, dan wajah Tono dibenamkan diantara bongkahan pantat Denita dengan hidung Tono yang sengaja diposisikan tepat di lubang pantat Denita. Tono sempat melihat lubang pantat Denita yang kini terbuka menganga amat lebar sebesar ibu jari orang dewasa setelah disodomi oleh penjahat itu. Denita lalu dipaksa kentut oleh mereka dengan hidung Tono yang membenam di lubang pantatnya. Denita diancam dengan sebilah belati yang ditempelkan di lehernya. Dengan berat hati, Denita mengumpulkan segenap tenaganya yang sudah terkuras untuk memenuhi perintah para penjahat itu, mengentuti wajah Tono. Denita meringis sejenak dan PREET… Denita akhirnya kentut dengan keras. Air matanya kembali meleleh karena rasa perih di pantatnya dan juga perasaan amat malu terhadap Tono, yang kini menciumi aroma anusnya. Tanpa bisa ditahan, Denita langsung jatuh terbaring di ranjangnya dalam posisi terlungkup. Penjahat terakhir membalikkan dan mengangkangkan tubuh Denita di ranjang itu, pinggul Denita diberi bantal untuk menaikkan posisi pinggulnya. Setelah merasa posisi Denita sudah tepat, kaki Denita diangkat tinggi dan dilebarkan membentuk huruf ‘V’, sehingga mereka semua dapat melihat paha indah yang dibalut stocking putih itu. Kedua kaki Denita dipegangi oleh penjahat-penjahat yang baru bersetubuh dengannya. Denita melihat ukuran penis penjahat ini paling kecil diantara teman-temannya, mungkin karena itulah ia mendapat giliran terakhir untuk bercinta dengan Denita, lagipula penjahat itu adalah yang paling muda diantara gerombolan itu, bahkan lebih muda dari Tono karena postur tubuhnya seperti anak SMP, lebih pendek dan kurus dibandingkan Denita. Denita sempat menanyakan usia penjahat itu; betapa terkejutnya ia saat mendengar jawaban penjahat itu: 13 tahun! lebih muda 7 tahun darinya. Denita sempat meragukan kemampuan seks anak itu; tentunya anak itu tidak sehebat keempat lelaki yang baru saja menggagahinya. Tono amat iri melihat anak itu, ia sudah bisa menikmati tubuh gadis dewasa seperti Denita padahal usianya masih amat muda. Anak itu memasukkan kemaluannya ke kewanitaan Denita dan mulai memompa Denita kembali. Denita lalu dipapah keatas, dan ia memeluk leher anak itu. Bibir Denita lalu dilumat oleh anak itu. Kini Denita malah membalas menciumi bibir anak itu dan menuangkan ludahnya kedalam mulut anak itu. Anak itu dengan senang hati mereguk ludah pengantin wanita cantik itu. Denita tidak melawan lagi saat pinggulnya kembali dipegang. Secara otomatis Denita menggerakkan pantatnya dan vaginanya langsung menelan penis anak itu sepenuhnya. Mungkin karena anak itu masih amat muda sehingga penisnya belum bisa ereksi sepenuhnya dan tentu saja penis anak itu lebih kecil dari penis pemimpin mereka, maka agak gampang baginya untuk menembusi vagina Denita yang sudah diperawani teman-temannya yang lain. Vagina Denita yang sudah tidak perawan itu memang terlihat seperti lubang menganga yang besar akibat dimasuki penis besar pemimpin penjahat itu, namun masih cukup untuk memuaskan hasrat anak itu untuk menikmati nikmatnya tubuh wanita.
Setelah puas mereguk ludah Denita, anak itu lalu mengemuti puting susu kanan Denita dan menghisapnya dengan kuat, sementara tangannya memegangi payudara kiri Denita dan menyodorkan payudara itu ke mulut Denita. Anak itu menyuruh Denita untuk menyusui dirinya sendiri. Denita hanya menuruti perintah anak itu tanpa membantah, dengan rakusnya ia menghisap puting susunya sendiri seperti bayi yang hendak meminum air susu ibunya. Mereka kemudian saling bertukaran mencicipi payudara Denita; anak itu menyusu di payudara kiri Denita dan Denita mencicipi payudara kanannya sendiri. Denita terlihat seperti ibu yang menyusui anaknya karena tubuh Denita yang lebih besar dari anak yang sedang disusuinya. Denita sendiri tidak percaya melihat kemampuan bercinta anak itu yang hampir setara dengan keempat temannya tadi; walaupun usianya masih amat muda dibandingkan Denita. Denita tentunya bukanlah wanita pertama yang bercinta dengan anak itu. Suara desahan Denita dan tumbukan tubuh mereka menggema di ruangan itu, payudara Denita kini berbekas lipstik merah mudanya sendiri. Denita sendiri sudah kesulitan mengatur nafasnya, ia sudah lelah setelah dikawini oleh empat laki-laki sebelumnya dan kini ia harus melayani nafsu penjahat yang kelima ini. Tak lama kemudian, anak itu mencengkeram pinggul Denita dan menyemburkan spermanya kedalam rahim Denita diikuti dengan teriakan Denita. Setelah menerima semburan sperma anak itu, pelukan Denita terlepas dari leher anak itu; Denita rebah ke ranjang, terlentang tak berdaya.
Pemimpin para penjahat itu segera naik ke ranjang, dihampirinya tubuh pengantin wanita yang tak berdaya itu. Tampaknya ia berniat memperkosa Denita untuk ketiga kalinya malam itu. Penis raksasanya pun kembali membesar seperti saat ia belum bercinta dengan Denita. Tono dan para penjahat itu terkagum melihat keperkasaan pemimpin penjahat itu. Penjahat itu lalu duduk di ranjang, dengan mudahnya ia memapah tubuh Denita yang masih lemas itu dan didudukkannya Denita diatas penisnya seperti sebelumnya saat ia memperkosa Denita di kursi. Memek Denita langsung menelan kemaluan penjahat itu diikuti rintihan pelan Denita. Kedua kaki Denita ditarik melewati pinggang penjahat itu. Penjahat itu memegang pantat Denita dan mulai memompa kewanitaan Denita kembali. Tidak seperti tadi, kini Denita terbaring lemas, sementara penjahat itu mengentotinya. Denita hanya bisa mendesah pelan karena staminanya benar-benar habis.
Melihat Denita yang kelelahan, penjahat itu mengatur irama entotannya dengan perlahan-lahan. Penjahat itu tampaknya menguasai teknik seks yang hebat. Setelah dientot pelan selama 5 menit, lenguhan Denita semakin keras, matanya merem melek, dan lidahnya terjulur keluar merasakan kenikmatan di vaginanya. Liur Denita meluber keluar dari mulutnya. Penjahat itu senang sekali melihat ekspresi Denita yang kini tampak persis seperti pelacur. Penjahat itu meraih kepala Denita, tubuh Denita lalu diangkat sehingga payudara Denita terjepit diantara tubuhnya dan tubuh penjahat itu. Penjahat itu segera mencium bibir Denita dan menghisap ludah cewek itu, sehingga kini suara lenguhan itu teredam. Denita tetap dientot sambil berciuman. Denita dan penjahat itu tetap dalam posisi itu selama 15 menit. Akhirnya, penjahat itu menggeram, dan menyemburlah spermanya memenuhi rahim Denita sekali lagi. Penjahat itu mendesah puas dan mencabut kemaluannya dari kewanitaan Denita. Sekali lagi kedua tungkai kaki Denita diangkat setinggi mungkin dan tegak lurus untuk memastikan agar Denita dapat menjadi hamil dari perkawinannya itu. Setelah memastikan bahwa rahim Denita telah menyerap seluruh calon bayi pemimpin mereka dan setelah mereka puas mengentoti Denita, dimulailah acara bukkakke sebagai acara penutup. Keempat penjahat laki-laki itu berlutut mengelilingi tubuh Denita yang tergeletak diatas ranjang. Mereka lalu mengocok kemaluan mereka dihadapan Denita. Sementara pemimpin para penjahat yang baru saja mendapat giliran memperkosa Denita kini melebarkan paha Denita selebar mungkin sehingga vagina Denita terpampang jelas. Mereka menekan kepala dan hidung Denita sehingga Denita tidak bisa bernafas, Denita terpaksa membuka mulutnya dan bernafas melalui mulutnya. Karena sudah terangsang berat dari tadi, satu persatu penis para penjahat itu menyemburkan sperma hangat kental memenuhi mulut Denita sehingga meluber keluar melewati bibir Denita. Namun, Denita tampaknya tidak mau menelan sperma mereka. Salah satu dari penjahat itu membawa sebuah sedotan minuman. Mereka lalu mulai menyendoki sperma yang tertampung di rongga mulut Denita dengan sedotan itu. Sperma yang berhasil disedot mereka lalu dituangkan ke memek Denita melalui sedotan itu, sementara memek Denita dikocok-kocok agar menyerap sperma mereka. Mereka berharap Denita mau menelan sperma mereka saat menyadari bahwa sperma yang masih tertampung di mulutnya akan dipakai untuk menghamilinya. Namun, Denita sudah kelelahan untuk berontak dan ia bersikeras untuk tidak menelan sperma para penjahat itu. Nyaris setengah dari sperma yang tertampung di mulut Denita telah dituangkan ke rahim Denita, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Denita akan menelan sperma di mulutnya. Karena kesal melihat tingkah laku Denita, mereka kembali menekan hidung Denita dengan keras sehingga Denita sulit bernafas, apalagi dengan sperma yang masih tertampung di mulutnya membuatnya tidak dapat bernafas menggunakan mulutnya. Denita terpaksa menelan sperma para penjahat itu. Setelah menelan seluruh sperma para penjahat itu yang disuapkan padanya, Denita langsung tertidur kelelahan.
Tono merasa amat geram karena ia hanya bisa melihat Denita diperkosa dalam keadaan sedang mengenakan gaun pengantinnya dan Denita diperkosa di depan matanya, namun ia tidak bisa menolong Denita.
Denita benar-benar berantakan setelah perkawinannya dengan kelima penjahat itu, kedua payudaranya yang telah penuh cupangan dan bekas lipstiknya mencuat keluar dari gaunnya yang dilorotkan oleh pimpinan penjahat itu. Rok gaunnya tersingkap hingga pusarnya sehingga kewanitaannya terlihat jelas. Di stocking putihnya sudah terdapat banyak bercak darah keperawanannya dan sperma para penjahat itu. Wajah Denita yang berlumuran sperma tampak sayu; lipstiknya sudah meluber ke sekitar bibirnya yang masih terengah-engah kelelahan Matanya terpejam dan sembab, kelopak matanya yang dirias pink kini berantakan karena air matanya. Mahkota bunganya sudah rusak dan riasan bunga itu bertaburan di sekitar ranjang tempat ia kini terbaring. Tudung kepalanya yang sudah kusut masih menempel di rambutnya yang kini acak-acakan. Penjahat perempuan itu kembali mendapat ide dan ia lalu berdiskusi sebentar dengan para penjahat yang baru saja berhasil memperkosa Denita. Para penjahat itu setuju dengan ide perempuan itu. Mereka lalu mendekatkan wajah Tono ke kewanitaan Denita. Tono bisa melihat bibir kewanitaan Denita yang tadinya seperti dua buah garis lurus kini telah melengkung akibat perkawinannya dengan kelima pria bejat itu. Tono bisa mencium bau amis sperma di kewanitaan Denita yang tadinya sempat dibanjiri sperma. Penjahat yang melepas celana dalam Denita lalu memijat kewanitaan Denita didepan wajah Tono. Denita kembali mendesah penuh kenikmatan karena jari-jari penjahat itu memijat vaginanya dengan sempurna. Beberapa saat kemudian, Denita mendesah keras sekali, tubuhnya menikung keatas, dan kedua kaki dan tangannya menegang. Penjahat wanita itu segera mencabut pembalut wanita bekas Denita dari mulut Tono, dan menempelkan mulut Tono ke kewanitaan Denita. Tono lalu merasa mulutnya dipenuhi cairan panas dari kewanitaan Denita. Tono lalu sadar bahwa cairan dalam mulutnya itu adalah air seni Denita. Tono tidak punya pilihan lain selain mereguk air seni Denita. Rupanya apabila Denita telah mencapai puncak orgasmenya, maka ia akan buang air kecil. Kini Tono bisa merasakan sendiri air terjun kristal yang tadi ia lihat, dan bau pesing cairan itu. Setelah Tono selesai meminum air seni Denita, mulutnya kembali disumpal dengan celana dalam Denita. Mereka lalu merapikan Denita kembali dan memakaikan celana dalam putih yang baru pada Denita. Tono lalu dibawa ke toilet dan diikat di kloset, Tono bisa mencium bau tidak sedap dari dalam toilet itu karena Denita baru saja buang air besar didalam toilet itu, dan bahkan di kloset itu masih ada bekas kotoran Denita yang belum dibilas. Para penjahat itu lalu kembali ke kamar untuk menikmati indahnya bulan madu bersama pengantin mereka yang sedang terlelap sambil dijaga oleh teman perempuan mereka.
Tamat
Read More

Yuni dan Ningsih, ABG Seksi

Diposting oleh Unknown

Aku sudah tiga tahun ikut dengan keluarga Budhe. Saat itu usiaku sudah 15 tahunan dan Mbak Ningsih yang usianya tiga tahun di atasku sudah kelas 3 di salah satu SMK swasta di kotaku. Pada saat itulah aku pertama kali mengenal apa yang namanya seks. Kejadiannya berawal dari suatu siang kira-kira setengah tahun setelah meninggalnya Budhe Harti. Saat itu sekolahku dipulangkan sebelum waktu biasanya. Semua murid dipulangkan pada jam 10 pagi karena guru-guru mengadakan rapat untuk persiapan EBTA. Aku yang selalu disiplin tidak pernah bermain sebelum pulang dan ganti pakaian. Begitu sekolah dibubarkan aku langsung pulang ke rumah yang jaraknya kira-kira 2 km dengan naik angkot. Sampai di rumah aku heran karena pintu rumah tidak terkunci tetapi tidak ada orang. Padahal tadi pagi sebelum berangkat Mbak Ningsih bilang kalau sekolahnya libur selama 6 hari karena minggu tenang. Aku menduga pasti Mbak Ningsih sedang belajar di kamar menjelang EBTA yang akan diadakan minggu depan. Karena takut mengganggu Pakdhe yang mungkin sedang tidur aku berjalan pelan-pelan melintasi ruang tengah langsung ke kamarku dan Mbak Ningsih yang ada bagian belakang. Aku kaget saat mendengar suara mencurigakan terdengar dari kamarku yang setengah terbuka. Kudengar suara Mbak Ningsih mengerang-ngerang disertai suara seperti berkecipak. Dengan langkah mengendap-endap kudekati pintu kamarku dan mengintip melalui pintu yang setengah terbuka. Astaga!! Aku benar-benar kaget!! Ternyata di kamarku ada Mbak Ningsih dan Pakdhe. Yang lebih mengejutkan, pakaian keduanya sudah berantakan. Saat itu pakaian bagian atas Mbak Ningsih sudah terbuka sama sekali, begitu pula dengan Pakdhe Mitro. Keduanya sedang bergumul di atas tempat tidur yang biasa kugunakan tidur dengan Mbak Ningsih. Pakdhe hanya mengenakan sarung dan satu-satunya kain yang menutupi tubuh Mbak Ningsih hanyalah celana dalam saja. Apa yang kulihat benar-benar membuat hatiku tercekat. Kulihat Pakdhe dengan rakus meneteki payudara Mbak Ningsih kanan dan kiri berganti-ganti, sementara tangan Mbak Ningsih meremas-remas rambut Pakdhe yang sudah mulai memutih. Kepala Mbak Ningsih bergoyang-goyang sambil terus mengerang. Begitu pula dengan Pakdhe yang dengan lahap terus menetek kedua payudara Mbak Ningsih secara bergantian.
Aku yang mengintip perbuatan mereka menjadi panas dingin dibuatnya. Tubuhku gemetar dan lututku lemas. Hampir saja kepalaku terbentur daun pintu saat aku berusaha melihat apa yang mereka perbuat lebih jelas. Tak lama kemudian kulihat Pakdhe menarik satu-satunya pembungkus yang melekat di tubuh Mbak Ningsih dan melemparkannya ke lantai. Kini tubuh Mbak Ningsih sudah telanjang bulat di bawah dekapan tubuh Pakdheku yang kelihatan masih berotot walau usianya sudah kepala lima. Erangan Mbak Ningsih semakin keras saat kulihat wajah Pakdhe menyuruk ke selangkangan Mbak Ningsih yang terbuka. Tangan Mbak Ningsih yang memegang kepala Pakdhe kulihat semakin kuat menekan ke arah kemaluannya yang sedang diciumi Pakdhe. Aku yang baru kali ini melihat pemandangan seperti itu menjadi terangsang. Aku membayangkan seolah-olah tubuhku yang sedang digumuli Pakdhe. Kedua kaki Mbak Ningsih melingkar di leher Pakdhe. Suara napas Pakdhe terdengar sangat keras seperti kerbau. Mbak Ningsih semakin keras mengerang dan tubuhnya kulihat melonjak-lonjak saat kulihat wajah Pakdhe menggesek-gesek bagian selangkangan Mbak Ningsih. Beberapa saat kemudian tubuh Mbak Ningsih mulai melemas dan terdiam. Kemudian kulihat Pakdhe melepas sarungnya. Dan astaga! Kulihat batang kemaluan Pakdhe yang sangat besar dan berwarna coklat kehitaman mengacung tegak menantang langit. Pakdhe langsung mengangkangi wajah Mbak Ningsih dan mengosek-ngosekan batang kemaluannya yang dipeganginya ke wajah Mbak Ningsih. Mbak Ningsih yang masih lemas kulihat mulai memegang batang kemaluan Pakdhe dan menjulurkan lidahnya menjilati batang kemaluan itu. Pakdhe pun kembali menyurukkan wajahnya ke arah selangkangan Mbak Ningsih. Kini posisi mereka sungguh lucu. Mereka saling menjilati selangkangan lawan dengan posisi terbalik. Pakdhe yang mengangkangi wajah Mbak Ningsih menjilati selangkangan Mbak Ningsih yang telentang dengan lutut tertekuk dan paha terbuka. Tubuhku mulai meriang. Vaginaku terasa gatal seolah-olah membayangkan kalau vaginaku sedang diciumi Pakdhe. Tanpa sadar tanganku bergerak ke arah vaginaku sendiri dan mulai menggaruk-garuk. Kejadian yang kulihat berikutnya membuat hatiku semakin mencelos. Setelah puas saling menciumi selangkangan masing-masing lawan, tubuh Pakdhe berbalik lagi sejajar dengan Mbak Ningsih. Mereka saling berhadap-hadapan dengan tubuh Pakdhe menindih Mbak Ningsih. Kemudian kulihat Pakdhe menempatkan diri di antara kedua paha Mbak Ningsih yang mengangkang. Lalu dengan memegang batang kemaluannya Pakdhe menggosok-gosokkan ujung batang kemaluannya ke selangkangan Mbak Ningsih. Kulihat kepala Mbak mendongak-dongak ke atas dengan kedua tangan meremas-remas payudaranya sendiri saat Pakdhe mendorong pantatnya dan menekan ke arah selangkangan Mbak Ningsih. Mereka terdiam beberapa saat ketika tubuh mereka pada bagian kemaluan saling lengket satu sama lain. Mbak Ningsih mulai merintih dan mengerang saat Pakdhe mulai memompa pantatnya maju-mundur dengan mantap. Kulihat pantat Mbak Ningsih bergerak mengayun menyambut setiap dorongan pantat Pakdhe. Dan setiap kali tulang kemaluan Mbak Ningsih dan Pakdhe beradu selalu terdengar seperti suara tepukan. Suara deritan dipan tidurku pun semakin nyaring terdengar mengiringi irama gerakan mereka. Tubuh Mbak Ningsih menggelepar-gelepar semakin liar. Kepalanya pun semakin liar bergerak ke kanan dan kekiri, mulutnya tak henti-hentinya mengerang. Akhirya kudengar Mbak Ningsih merintih panjang disertai tubuhnya yang tersentak-sentak, pantatnya terangkat menyambut dorongan pantat Pakdhe. Lalu beberapa detik kemudian tubuh Mbak Ningsih mulai melemas, tangannya terlempar melebar ke samping kanan-kiri tubuhnya dan matanya terpejam. Pakdhe lalu menarik pantatnya dan kulihat dari arah ku yang persis di samping kirinya, batang kemaluan Pakdhe yang hitam kecoklatan masih kencang. Kemudian Pakdhe menarik tubuh Mbak Ningsih agar merangkak di kasur. Dengan bertumpu pada lututnya, Pakdhe menempatkan diri di belakang pantat Mbak Ningsih yang menungging. Pakdhe memegang batang kemaluannya dan mengarahkannya ke belahan pantat Mbak Ningsih. Kulihat kepala Mbak Ningsih terangkat saat Pakdhe mulai mendorong pantatnya. Kembali kulihat pantat Pakdhe mengayun dari depan ke belakang dengan posisi Mbak Ningsih merangkak dan Pakdhe berlutut di belakang pantat Mbak Ningsih. Batang kemaluan Pakdhe kelihatan dari tempatku berdiri saat Pakdhe menarik pantatnya dan hilang dari penglihatanku saat ia mendorong pantatnya. Aku yang mengintip menjadi tidak tahan lagi. Tanganku secara refleks mulai menyusup kedalam celana dalam memegang vaginaku dan meremas-remasnya. Vaginaku mulai basah oleh cairan. Jari tangahku kutekankan pada daerah sensitifku dan kugerakkan memutar. Kudengar Pakdhe mulai menggeram. Tangannya meremas payudara Mbak Ningsih yang berayun-ayun seirama dengan dorongan pantat Pakdhe yang menyodok-nyodok Mbak Ningsih. Gerakan Pakdhe semakin cepat dan geramannya semakin keras. Mbak Ningsih pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pakdhe dengan memutar-mutar pantatnya. Gerakan mereka semakin liar. Derit dipan kayu pun kudengar semakin keras. Lalu keduanya merintih panjang. Tubuh keduanya yang menyatu mengejat-ngejat. Kepala keduanya seolah-olah terhantam sesuatu hingga mendongak ke atas. Lalu tubuh Pakdhe ambruk dan menindih Mbak Ningsih yang ambruk tengkurap di kasur. Aku pun merasa ada sesuatu yang meledakdi bawah perutku. Tubuhku seperti melayang dan akhirnya aku merasa lemas. Aku yang takut ketahuan melihat perbuatan keduanya segera berjingkat-jingkat dan keluar rumah pergi ke rumah Rina sahabat paling eratku di kelas. Aku baru pulang setelah jam 13.30 saat aku biasa pulang. Sampai di rumah aku pura-pura bersikap seperti biasa. Aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui perbuatan Mbak Ningsih dan Pakdhe tadi pagi. Selama beberapa hari itu pikiranku selalu terganggu dengan bayangan apa yang dilakukan Mbak Ningsih dengan Pakdheku di kamarku ini. Aku sudah mulai dapat melupakan kejadian yang kulihat antara Mbak Ningsih dengan Pakdheku karena kesibukanku mempersiapkan EBTA. Begitu EBTA selesai aku mendapatkan liburan sambil menunggu pengumuman. Saat itu waktuku lebih banyak kuluangkan di rumah membersihkan rumah dan menyetrika serta membantu Mbak Ningsih memasak. Suatu hari, aku harus berada sendirian di rumah dengan Pakdhe. Mbak Ningsih mengikuti acara darma wisata ke Selecta yang diadakan sekolahnya sebagai acara perpisahan. Mbak Ningsih sudah berangkat saat pagi-pagi buta. Aku yang sedang libur harus menggantikan Mbak Ningsih menyiapkan sarapan buat Pakdhe. Setelah membuat minuman teh untukku dan satu cangkir khusus untuk Pakdhe aku segera menyapu halaman. Aku menyempatkan diri meminum tehku sebelum pergi ke kamar mandi. Teh yang kuminum rasanya agak lain, tapi aku tidak begitu curiga. Saat mandi itulah aku merasa ada yang agak aneh dengan tubuhku. Tubuhku terasa panas dan jantungku berdebar-debar. Rasa aneh menyergapku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut dan ada rasa aneh menyerbu diriku. Tubuhku terasa gerah sekali. Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin agar rasa gerahku hilang. Apa yang kulakukan ternyata cukup menolong. Tubuhku merasa segar sekali. Lalu kigosok seluruh tubuhku dengan sabun. Rasa aneh itu kembali menyerang diriku, apalagi saat aku menyabuni daerah selangkanganku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Aku merasa ada dorongan birahi yang begitu kencang. Aku tidak tahu mengapa ini terjadi. Tiba-tiba anganku melayang pada apa yang kulihat beberapa hari yang lalu saat Mbak Ningsih dan Pakdhe Marto bergumul di kamarku. Cepat-cepat kubuang pikiran itu jauh-jauh dan segera menyelesaikan acara mandi pagiku. Hanya dengan tubuh terbalut handuk, aku lari masuk kamarku. Aku selalu berganti pakaian di kamarku sambil mematut-matut diriku di depan cermin sambil mengamati seluruh tubuhku yang mulai berubah. Bulu-bulu kemaluan sudah mulai tumbuh di gundukan bukit kemaluanku. Dadaku yang dulu rata kini mulai tumbuh dengan puting yang sebesar kacang kedelai dengan warna merah muda. Pinggulku mulai tumbuh membesar. Kata orang aku seksi dan menarik. Apalagi tinggi badanku sudah mencapai 160 cm. Aku sendiri selalu betah berlama-lama di depan cermin dengan melenggak-lenggokkan tubuhku memandang dari segala sisi dan mengagumi tubuhku. Aku sangat bangga dengan tubuhku. Baru saja aku mengunci pintu kamarku aku dikejutkan dengan pelukan tangan yang kokoh menyergapku. Aku tidak sempat menjerit karena tiba-tiba sosok yang memelukku langsung membekap mulutku dengan tangannya yang kokoh. Belum hilang terkejutku, handuk yang melilit tubuhku ditarik seseorang dan jatuh teronggok ke lantai. Aku benar-benar bugil tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhku. Kembali rasa aneh yang menyerangku semakin menggelora. Ada dorongan hasrat yang menggebu-gebu dalam diriku. Aku tak mampu meronta dan menjerit! Tangan yang kokoh dan berbulu tetap membekap mulutku sementara tangan satu lagi memeluk tubuh telanjangku. Mataku semakin nanar menerima perlakuan seperti itu. Apalagi kurasakan sentuhan kulit tubuh telanjang menempel hangat di punggungku. Pantatku yang telanjang terasa menekan suatu benda panjang melingkar dan keras di balik kain tipis. Aku semakin tak mampu menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam diriku saat sapuan-sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku. Aku menggelinjang kegelian dan melenguh. Lidah itu semakin liar bergerak menyusuri leherku.. pundakku.. Lalu turun ke bawah ke sepanjang tulang punggungku. Aku semakin menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke bawah dan pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat tubuhku didorong ke tempat tidurku dan dijatuhkan hingga aku tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku lalu ditindih oleh sesosok tubuh yang sangat berat. Kakiku mulai memberontak liar karena geli. Apalagi lidah itu dengan rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat saat mulut berkumis itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku terangkat-angkat liar saat lidah panas itu mulai menyusup ke dalam celah-celah bongkahan pantatku dan mulai menjilati lubang anusku. Aku benar-benar seperti terbang mengawang. Aku belum tahu siapa yang memelukku dari belakang dan menggerayangi seluruh tubuhku. Aku hanya bisa merasakan dengusan napas panas yang menghembus di bongkahan pantatku saat lidah itu mulai menjilati lubang anusku. Aku tercekik kaget saat tubuhku dibalik hingga telentang telanjang bulat di kasurku. Ternyata orang yang sedari tadi menggumuliku adalah Pakdhe Mitro, orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti orang tuaku. Aku tak tak mampu berteriak karena mulutku langsung dibekap dengan bibirnya. Lidahku didorong dorong dan digelitik. Aku terangsang hebat. Apalagi sejak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah-olah ada dorongan menghentak-hentak yang menuntut pemenuhan. Tubuhku menggelinjang saat tangan kekar dan agak kasar mulai meraba dan meremas kedua payudaraku yang baru mulai tumbuh. Lalu kedua kakiku dipentangkan oleh Pakdhe Mitro lebar-lebar, lalu Pakdhe menindih tubuhku yang sudah telanjang bulat di antara kedua pahaku yang terkangkang. Aku merasa ada benda keras seperti tongkat yang menekan ketat ke bukit kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakan Pakdhe. Mulut dan lidah Pakdhe tak henti-hentinya menjilat dan melumat setiap jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibir Pakdhe bergeser menjilati seluruh batang leherku, kemudian turun ke dua belah payudaraku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah dan mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya payudaraku hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut Pakdhe Mitro. Aku sangat terangsang dan sudah tidak mampu berpikir jernih. Ada sesuatu yang mulai menggelora dan mendesak-desak di perut bagian bawahku. Lidah Pakdhe terus merayap semakin ke bawah. Perutku menjadi sasaran jilatan lidahnya. Tubuhku semakin menggelinjang hebat. Akal sehatku sudah benar-benar hilang. Kobaran napsu sudah menjeratku. Pantatku terangkat tanpa dapat kucegah saat lidah Pakdhe terus merayap dan menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Aku merasa kegelian yang amat sangat menggelitik selangkanganku. Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong saat lidah Pakdhe mulai menyelusup ke dalam bukit kemaluanku dan menggelitik kelentitku. Lubang kemaluanku semakin berdenyut-denyut tergesek gesek lidahnya yang panas. Aku hanya mampu menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang menggelitik selangkanganku. Tubuhku semakin melayang dan seperti terkena aliran listrik yang maha dahsyat. Aku tak mampu lagi menahan gelora napsu yang semakin mendesak di dalam perutku. Pantatku terangkat seperti menyongsong wajah Pakdhe yang menekan bukit kemaluanku. Lalu tubuhku seperti terhempas ke tempat kosong. Aku merasakan ada sesuatu yang meledak di dalam perut bagian bawahku. Tubuhku menggelepar dan tanpa sadar kujepit kepala Pakdhe dengan kedua kakiku untuk menekannya lebih ketat menempel selangkanganku. Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba mulutku sudah disodori batang kemaluan Pakdhe Mitro yang tanpa kutahu sejak kapan sudah melepas sarungnya dan sudah telanjang bulat mengangkangi wajahku. Batang kemaluannya yang besar, hitam panjang dan tampak mengkilat mengacung di depan wajahku seperti hendak menggebukku kalau aku menolak menciuminya. Dengan rasa jijik aku terpaksa menjulurkan lidahku dan mulai menjilati ujung topi bajanya yang mengkilat. Aku hampir muntah saat lidahku menyentuh cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kemaluan Pakdhe. Namun jepitan kedua paha Pakdhe di sisi wajahku tidak memberiku kesempatan lain. Aku hanya mampu pasrah dengan tetap menjilati batang kemaluan Pakdhe. Lalu dengan paksa Pakdhe membuka mulutku dan menjejalkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena susah bernapas. Batang kemaluannya yang besar memenuhi mulutku yang masih kecil. Kudengar Pakdhe menggumam tanpa jelas apa yang diucapkannya. Pantatnya digerak-gerakannya hingga batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku. Aku hampir tersedak saat ujung kemaluan Pakdhe menyentuh-nyentuh kerongkonganku. Aku hanya mampu melotot karena hampir tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram pantat Pakdhe Mitro. Setelah puas "mengerjai" mulutku dengan batang kemaluannya, Pakdhe menggeser tubuhnya dan menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua pahaku dikuaknya dan dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya ke arah bukit kemaluanku. Aku merasa geli saat ujung kemaluan Pakdhe mulai menggesek-gesek pintu lubang kemaluanku yang sudah basah. Dari rasa geli dan nikmat, tiba-tiba aku merasa perih di selangkanganku saat Pakdhe mulai menurunkan pantatnya sehingga batang kemaluannya mulai menerobos ke dalam lubang kemaluanku yang masih perawan. Aku merintih kesakitan dan air mataku mulai mengalir. Aku tersadar akan bahaya! Namun terlambat. Pakdhe yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mungkin mau berhenti. Ia hanya sejenak menghentikan gerakannya. Ia merayuku dan mengatakan kalau sakitku hanya sebentar dan berganti rasa nikmat yang tidak terkira. Pakdhe menarik pantatnya ke atas hingga batang kemaluannya yang terjepit di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan batang kemaluannya yang besar di dalam dinding lubang kemaluanku menimbulkan rasa nikmat seperti apa yang dikatakannya. Aku mulai dapat menikmati rasa nikmat itu. Ini mungkin karena pengaruh teh yang kuminum sehingga aku benar-benar belum sadar akan bahaya yang kuhadapi. Yang kuinginkan hanya satu yaitu menuntaskan gejolak yang meledak-ledak dalam diriku. Aku kembali merintih kesakitan saat Pakdhe mulai menekan pantatnya lagi yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang kemaluanku. Lagi-lagi Pakdhe membisikiku kalau rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit itu berganti nikmat saat batang kemaluannya ditarik keluar hingga hanya ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku. Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin sangat membantu pergerakan batang kemaluan Pakdhe dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik-detik berlalu dan sedikit-demi sedikit batang kemaluan Pakdhe meneronos semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Pakdhe terus menarik dan mendorong pantatnya dengan pelan dan teratur. Hingga suatu saat aku menggigit bibirku keras-keras saat selangkanganku terasa perih sekali. Selangkanganku terasa robek saat Pakdhe menekan pantatnya hingga batang kemaluannya hampir masuk separuh ke dalam lubang kemaluanku. Aku sempat menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku. Pakdhe segera menghentikan gerakannya dan memberiku kesempatan untuk bernapas. Aku merasa lega saat Pakdhe menghentikan gerakannya. Kini aku dapat merasakan lubang kemaluanku seperti terganjal benda keras dan hangat. Benda itu berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Kembali rasa sakit yang tadi menyentakku berangsur mulai hilang tergantikan rasa nikmat saat batang kemaluan Pakdhe yang semakin lancar mulai bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku. Rasa nikmat terus meningkat sehingga tanpa sadar aku menggoyangkan pantatku untuk segera meraih kenikmatan yang lebih banyak lagi. Aku seperti gila. Rasa sakit itu sudah benar-benar hilang tergantikan rasa nikmat yang benar-benar memabukkan. Pakdhe semakin bersemangat mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. Empat kali mendorong lalu didiamkan dan diputar kemudian ditarik lagi. Tanpa sadar pantatku terangkat saat Pakdhe menarik pantatnya. Berkali-kali Pakdhe mengulang gerakannya hingga perutku terasa kejang. Tubuhku mulai melayang. Tanganku semakin kuat mencengkeram punggung Pakdhe untuk mencoba menahan kenikmatan yang mulai menerjangku. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya diiringi geramannya yang kudengar bergemuruh di telingaku. Mataku semakin membeliak menahan desakan yang kian dahsyat di perut bagian bawahku. Aku hampir menjerit saat ada sesuatu yang kurasa pecah di dalam sana. Namun bibir Pakdhe yang tiba-tiba melumat bibirku menghentikan teriakanku. Pakdhe melumat dengan rakus kedua belah bibirku. Aku merasa tubuhku seolah-olah terhempas di awan. Tubuhku mengejat-ngejat saat aku mencapai puncak pendakian yang melelahkan. Pakdhe yang bibirnya masih melumat bibirku pun mulai berkelojotan di atas perutku. Lalu ia menggeram dengan dahsyat.. Dan akhirnya kurasakan ada semburan cairan hangat yang memancar dari batang kemaluan Pakdhe yang terjepit dalam lubang kemaluanku. Batang kemaluannya berkedut-kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe masih bergerak dengan liar selama beberapa saat lalu ambruk menindihku. Napas ku hanya tinggal satu-satu. Napas Pakdhe pun kudengar menggemuruh di telingaku. Air mataku mengalir saat kusadari segalanya telah terlambat bagiku. Kegadisanku telah terenggut oleh Pakdhe. Orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti ayahku. Lalu dengan lembut Pakdhe mengusap air mataku dan berjanji akan menyayangiku sepanjang sisa hidupnya. Aku menjadi agak terhibur dengan perkataannya.
Sejak kegadisanku hilang, aku menjadi pendiam. Keceriaan yang selama ini menjadi ciri khasku seolah-olah hilang sirna. Aku menjadi sangat berubah. Selangkanganku masih terasa sakit hingga beberapa hari setelah kejadian itu.
Mbak Ningsih yang selama ini sangat memperhatikanku sangat heran melihat perubahan yang terjadi pada diriku. Akhirnya aku mengaku terus terang kepada Mbak Ningsih tentang kejadian yang menimpaku. Ia hanya menghela napas merasa prihatin akan musibah yang kualami. Kira-kira satu bulan sejak aku dinodai Pakdheku, Mbak Ningsih minta pamit kepadaku dan juga Pakdheku. Mbak Ningsih setelah lulus SMK diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di daerah Malang dan pindah ke Malang. Sehingga sejak saat itu aku yang baru masuk SMU harus tinggal berdua saja dengan Pakdhe. Suatu hari, kira-kira seminggu sejak kepergian Mbak Ningsih, saat itu aku sedang mencuci pakaianku dan pakaian Pakdhe. Hari itu sekolahku libur karena tanggal merah jadi aku bersih-bersih rumah. Pakdhe seperti biasanya merapikan tanaman di halaman depan yang sudah mulai tumbuh tidak teratur. Setelah kuselesaikan cucianku dan kujemur, aku berniat mandi. Baru saja mau menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba tangan Pakdhe mengganjal pintu kamar mandi dan menyerobot masuk. Aku tidak sempat berteriak karena tiba-tiba Pakdhe sudah memelukku. Tubuhnya yang hanya tertutup celana kolor dan sudah basah penuh keringat memelukku erat-erat. Aku tidak berani berteriak karena diancam kalau tidak mau melayani nafsunya aku akan diusir dari rumah itu dan tidak dibiayai sekolahku. Aku merasa takut sekali dengan ancamannya hingga dengan air mata yang kutahan aku pasrah akan apa yang dilakukan Pakdhe padaku. Tangan Pakdhe dengan cekatan melucuti dasterku, bra-ku lalu celana dalamku hingga aku benar-benar bugil. Tanpa membuang waktu Pakdhe segera melepas kolornya dan telanjang bulat. Batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan masih mengkerut dan menggantung lunglai. Kemudian Pakdhe duduk di tepi bak mandi keramik dengan kaki yang terbuka. Ditariknya tubuh telanjangku ke dalam pelukannya dan dilumatnya bibirku dengan rakusnya. Mulutku masih tertutup saat lidah Pakdhe mulai mencoba menerobos masuk ke dalam mulutku. Karena tidak tahan dengan sapuan-sapuan lidahnya yang mendesak-desak bibirku, akhirnya bibirku pun terbuka. Pakdhe segera menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku dan mendorong-dorong lidahku. Mula-mula aku diam saja, namun lama-kelamaan aku jadi terangsang juga. Apalagi batang kemaluan Pakdhe yang tadinya mengkerut perlahan-lahan mulai mengembang dan mengganjal perutku. Aku mulai bereaksi. Lidahku tanpa sadar membalas dorongan lidah Pakdhe. Tubuhku mulai menggerinjal dalam pelukan Pakdhe saat tangan Pakdhe mulai menggerayangi buah pantatku. Tangan Pakdhe dengan gemas meremas dan memijat buah pantatku lalu ditariknya tubuhku hingga semakin ketat lengket dalam pelukannya. Setelah puas memainkan lidahnya dalam mulutku, tangan Pakdhe menekan kepalaku hingga aku disuruhnya berlutut di depan selangkangannya. Batang kemaluannya yang sudah keras nampak mengacung tegak di depan wajahku. Ditariknya wajahku ke selangkangannya dan disuruhnya mulutku menciumi batang kemaluannya itu. Dengan agak risi aku terpaksa membuka mulutku dan mulai menciumi batang kemaluannya yang sudah mengeluarkan sedikit cairan. Kepalaku didorong maju mundur oleh tangan Pakdhe yang mencengkeram rambutku hingga batang kemaluannya mulai bergeser keluar masuk dalam mulutku. Kerongkonganku tersodok-sodok ujung kepala kemaluan Pakdhe yang keluar masuk dalam mulutku. Kudengar napas Pakdhe mulai menggebu. Batang kemaluannya semakin mengeras dalam kuluman mulutku. Mungkin karena tak tahan, Pakdhe segera menarik tubuhku agar berdiri lalu mendudukanku di sisi bak mandi. Mulutnya segera mencecar payudaraku kanan dan kiri silih berganti. Aku menggelinjang hebat manakala mulut Pakdhe dengan rakusnya mempermainkan kedua puting payudaraku. Tangan Pakdhe pun tak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke selangkanganku yang terbuka lebar dan mulai meremas gundukan bukit kemaluanku. Aku sampai megap-megap mendapat rangsangan seperti itu. Aku semakin tersiksa oleh gejolak nafsu. Mulut Pakdhe lalu merayap menyusuri perutku dan mulai menjilati gundukan bukit kemaluanku. Dikuakkanya kedua bibir kemaluanku dengan jari-jarinya lalu disusupkannya lidahnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku yang duduk di sisi bak mandi hampir saja terjatuh karena menggelinjang saat lidah Pakdhe mulai menggesek-gesek dinding lubang kemaluanku. Tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Pakdhe dan menekankan kepalanya agar lebih ketat menekan bukit kemaluanku. Aku semakin blingsatan menahan rangsangan yang diberikan Pakdhe di selangkanganku. Tanpa sadar mulutku mendesis-desis dan dudukku bergeser tak karuan. Perutku mulai mengejang menahan desakan gejolak yang meledak-ledak. Tubuhku terasa mulai mengawang dan pandangan mataku nanar. Akhirnya dengan diiringi rintihan panjang aku mencapai orgasmeku. Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba Pakdhe sudah berdiri di hadapanku. Batang kemaluannya yang keras dicocokkan ke bibir kemaluanku dan digesek-gesekkannya ujung kepala kemaluannya ke bibir kemaluanku yang sudah basah dan licin. Aku menggelinjang lagi saat benda hangat itu mulai menerobos masuk ke dalam bibir kemaluanku. Bibir Pakdhe Mitro dengan rakusnya mulai melumat bibirku sambil mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya semakin melesak ke dalam jepitan bibir kemaluanku. Aku masih duduk di bibir bak mandi sementara Pakdhe Mitro menggenjot lubang kemaluanku sambil berdiri. Mungkin karena kesulitan bergerak, dicabutnya batang kemaluannya dari jepitan bibir kemaluanku. Tubuhku lalu diturunkan dari bibir bak mandi dan dibaliknya hingga aku berdiri dengan tangan bertumpu bak mandi. Lalu Pakdhe menempatkan diri di belakangku dan mulai mencoba memasukan batang kemaluannya ke dalam bibir kemaluanku dari celah bongkahan pantatku. Punggungku didorong Pakdhe agar sedikit membungkuk hingga setengah menungging. Dipentangkanya kedua kakiku lebar-lebar lalu dicucukannya batang kemaluannya ke gundukan bukit kemaluanku. Setelah arahnya tepat, Pakdhe mulai mendorong pantatnya hingga kembali batang kemaluannya menerobos masuk dalam jepitan bibir kemaluanku. Kembali aku mulai merasa ada suatu benda hangat menyeruak ke dalam lubang kemaluanku. Dinding-dinding lubang kemaluanka serasa dikilik-kilik. Batang kemaluan Pakdhe yang terjepit ketat dalam lubang kemaluanku berdenyut-denyut. Pakdhe yang napasnya mulai memburu semakin kuat mengayunkan pantatnya maju mundur hingga gesekan batang kemaluannya pada dinding lubang kemaluanku semakin cepat. Pinggulku yang dipegang Pakdhe terasa agak sakit karena jari-jari Pakdhe mulai mencengkeram. Pinggulku ditarik dan didorong oleh tangan kuat Pakdhe seiring dengan ayunan pantatnya. Tubuhku mulai terhentak dan aku mulai limbung. Kembali aku merasa melayang karena desakan gejolak yang meledak-ledak. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya dan napasnya semakin menderu. Pantatku yang ditarik dan didorong Pakdhe maju mundur semakin cepat bergerak. Cengkeraman jari-jari Pakdhe semakin terasa di pinggulku. Gerakan ayunan pantat Pakdhe semakin tak terkendali. Tak lama kemudian aku kembali mencapai orgasmeku. Pakdhe pun kukira mencapai puncak kenikmatannya karena aku merasa ada semburan cairan hangat yang menyemprot dari batang kemaluan Pakdhe ke dalam lubang kemaluanku dengan diiringi geraman yang keluar dari mulut Pakdhe. Pakdhe tetap membiarkan batang kemaluannya terjepit dalam lubang kemaluanku selama beberapa saat. Napasnya yang mulai teratur terasa hangat menerpa kulit pipiku. Tulang kemaluannya menekan kuat di bukit buah pantatku. Aku merasa sedikit geli karena rambut kemaluan Pakdhe menempel ketat dan menggesek buah pantatku. Batang kemaluan Pakdhe yang masih keras terasa berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Setelah menyemprotkan sisa-sisa air maninya batang itu mulai mengendur dan terlepas dengan sendirinya. Tubuhku sudah terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya memejamkan mata karena lemas dan malu karena untuk kedua kalinya aku berhasil digagahi Pakdheku sendiri. Aku membiarkan saja saat Pakdhe memandikanku seperti bayi. Tangannya yang kokoh menyabuni seluruh lekuk tubuhku. Tubuhku kembali menggerinjal saat tangannya yang kokoh mulai menyabuni payudaraku yang baru mulai tumbuh. Putingku yang mencuat dipermainkannya dengan gemas. Tubuhku semakin menggelinjang saat tangannya mulai menyentuh perutku lalu meluncur turun dan mulai menyabuni gundukan bukit kemaluanku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Jari-jarinya menyisir celah sempit di tengah gundukan bukit kemaluanku dan berlama-lama menyabuni daerah itu. Aku tak berani memandang Pakdhe saat ia mengangsurkan sabun ke tanganku dan menyuruhku menyabuninya. Dengan agak kaku tanganku mulai menyabuni punggung Pakdhe yang kekar. Tanganku bergerak hingga seluruh punggung Pakdhe kugosok merata dengan sabun. Lalu Pakdhe membalikkan tubuhnya menghadapku. Tangannya mengelus-elus kedua payudaraku sementara aku disuruhnya menyabuni tubuh bagian depannya. Tanganku bergerak dari dada terus turun ke arah perut. Napas Pakdhe mulai memburu saat tanganku yang dilumuri busa sabun mulai menggosok bagian bawah perutnya. Batang kemaluannya yang tadi kendur sudah mulai mengembang. Tanganku yang agak ragu dipegang Pakdhe dan diarahkan untuk menyabuni daerah kemaluan Pakdhe. Rambut kemaluannya sangat lebat tumbuh di pangkal batang kemaluannya yang mulai berdiri setengah tegak dan mengeras. Lucu sekali kelihatannya seperti pistol namun "gombyok". Ya!! Kelihatannya seperti pistol gombyok!! Seperti pistol tapi lebat ditumbuhi rambut atau gombyok!!
Pakdhe yang sudah mulai terangsang segera menyuruhku menyelesaikan acara saling memandikan. Hanya dengan berbalut handuk, tubuhku yang masih agak basah ditariknya dari kamar mandi dan diseret masuk ke kamar Pakdhe. Pakdhe pun hanya mengenakan kolornya yang tadi dipakainya hingga batang kemaluannya yang sudah setengah keras tampak membusung di balik kolor seragamnya.
Baru saja pintu ditutup, tubuhku sudah langsung disergapnya. Diloloskannya handuk yang melilit tubuhku hingga aku telanjang bulat. Pakdhe segera melepas kolornya dan bugil dihadapanku. Mulut Pakdhe segera menyergap bibirku dan melumatnya dengan rakus. Kedua payudaraku segera menjadi bulan-bulanan remasan tangannya hingga tubuhku menggelinjang dalam dekapannya. Tanganku segera dibimbing Pakdhe dan dipegangkannya ke batang kemaluannya yang sudah semakin mengembang. Bibir Pakdhe yang rakus meulai bergeser turun dari bibirku ke dagu, lidahnya menjilat-jilat daguku terus turun ke leherku hingga aku semakin menggelinjang karena kumisnya yang pendek dan kasar menggaruk-garuk batang leherku. Aku semakin mendesis karena kini bibir Pakdhe sudah mulai melumat kedua puting payudaraku kanan dan kiri secara bergantian. Tanganku secara tak sadar bergerak mengurut dan meremas "pistol gombyok" Pakdhe. Napas Pakdhe pun semakin menderu dan semakin keras menghembus di kedua payudaraku. Jilatannya semakin liar di seluruh bukit payudaraku tanpa terlewatkan sejengkalpun. Batang kemaluan Pakdhe yang semakin keras mulai berdenyut-denyut dalam genggaman tanganku. Sementara tangan Pakdhe mulai bergerak liar menyusuri penggungku dan turun ke bawah lalu berhenti di kedua pantatku dan meremas-remas kedua buah pantatku dengan gemasnya. Aku sangat terangsang. Ya.. Mungkin daerah kelemahanku adalah pada buah pantatku dan pada kedua puting payudaraku. Tubuhku sudah mulai mengawang dan sudah pasrah bersandar dalam pelukan Pakdhe. Mengetahui kalau tubuhku sudah tersandar sepenuhnya dalam pelukannya, Pakdhe segera mendorong tubuhku ke kasurnya hingga aku berbaring telentang. Ditindihnya tubuh telanjangku oleh tubuh kekar Pakdhe. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar dan aku kembali digumuli Pakdheku. Lidah Pakdhe kembali menyerbu bibirku lalu bergeser ke leherku. "Pistol gombyok" Pakdhe yang sudah sangat keras mengganjal di perut bagian bawahku. Rambut kemaluannya yang gombyok sangat terasa menggesek-gesek perutku menimbulkan rasa geli. Lidah Pakdhe menjilat-jilat seluruh batang leherku hingga aku mendesis-desis kegelian. Tubuhku semakin menggelinjang menahan geli saat lidahnya mulai bergeser turun dan menyapu-nyapu sekeliling bukit payudaraku di sekitar putingku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah Pakdhe yang panas mulai menyapu-nyapu puting payudaraku. Tubuhku serasa semakin melayang. Lidah Pakdhe terus bergeser ke bawah. Pusarku dijilatnya dengan rakus lalu lidahnya mulai bergerak turun ke perut bagian bawahku. Otot-otot perutku terasa seperti ditarik-tarik saat bibir Pakdhe menyedot-nyedot daerah sekitar perut bagian bawahku di atas pangkal pahaku. Geli sekali rasanya, apalagi kumisnya yang pendek dan kasar menyeruduk-nyeruduk kulit perutku yang halus. Pakdhe lalu membalik tubuhnya. Wajahnya menghadap selangkanganku sementara "pistol gombyok"nya dihadapkan ke wajahku. Diturunkannya pantatnya hingga batang kemaluannya menempel bibirku. Dibimbingnya "pistol gombyok"nya ke mulutku. Aku tahu aku harus membuka mulutku menyambut "pistol gombyok" Pakdhe yang dijejalkan ke dalam mulutku. Dengan terpaksa aku mulai mengulum "pistol gombyok" Pakdhe dan menjilati seluruh ujung topi bajanya yang mengkilat. Tubuhku terhentak saat mulut Pakdhe mulai melumat bibir kemaluanku. Kedua tangannya menarik kedua bibir lubang kemaluanku dan membukanya lebar-lebar lalu lidahnya yang panas didorong keluar masuk kedalam lubang kemaluanku. Aku semakin mendesis-desis menahan nikmat. Napas Pakdhe yang semakin menggebu sangat terasa meniup-niup lubang kemaluanku yang terbuka lebar. Tanpa sadar pantatku terangkat ke atas seolah menyambut dorongan lidah Pakdhe yang menggesek-gesek kelentitku. Gerakan lidahnya yang liar seolah membuatku semakin gila. Tanpa dapat kucegah lagi, mulutku merintih dan mendesis menahan gejolak kenikmatan yang meledak-ledak. Batang kemaluan Pakdhe yang menyumpal mulutku tak mampu menahan desisan yang keluar dari mulutku. Mataku kembali nanar. Perutku terasa kejang.. Dorongan gejolak liar yang mendesak di perut bagian bawahku sudah hampir tak dapat kutahan lagi. Lalu dengan diiringi rintihan panjang tubuhku menggelepar dan berkelojotan seperti ayam disembelih. Tubuhku lalu melayang dan terhempas di tempat kosong. Akhirnya tubuhku terdiam beberapa saat. Aku telah mencapai orgasme yang ke sekian di pagi itu. Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat Pakdhe yang telah mencabut batang kemaluannya dari kuluman mulutku bangkit dan duduk di sisi pembaringan mengangkat tubuhku dan mendudukanku di pangkuannya. Tubuhku dihadapkannya ke dirinya dan kakiku dipentangkannya hingga aku terduduk mengangkang dipangkuannya dengan saling berhadapan. Kemudian tangan Pakdhe mengarahkan batang kemaluannya ke celah bukit kemaluan di selangkanganku. Bless!! Aku terhenyak saat pantatku diturunkan dan ada suatu benda keras dan hangat mengganjal di lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Seluruh dinding lubang kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Kelentitiku yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal batang kemaluan Pakdhe. Lain sekali rasanya bersetubuh dengan posisi begini. Aku merasa sangat terangsang! Kelentitku serasa tergesek penuh pada batang kemaluan Pakdhe. Dengan dibantu kedua tangan Pakdhe yang menyangga kedua buah pantatku tubuhku bergerak naik turun di pangkuan Pakdhe. Payudaraku yang baru tumbuh bergetar bergoyang-goyang seiring dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Pakdhe. Batang kemaluan Pakdhe yang menancap ketat dalam jepitan lubang kemaluanku terasa menggesek nikmat seluruh dinding lubang kemaluanku yang terus berdenyut-denyut meremas apa saja yang menyumpalnya. Tubuhku terasa menggigil bergetar saat mulut Pakdhe tak tinggal diam. Mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku bergantian. Mulutnya menyedot buah dadaku sepenuhnya. Gerakanku menjadi kian liar. Desakan gejolak birahi semakin mendesak. Aku mempercepat gerakanku naik turun dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang kemaluan Pakdhe masuk hingga ke pangkalnya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Karena tak tahan lagi tanpa sadar kudorong tubuh Pakdhe hingga terbaring telentang di kasur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Tubuhku yang tadi di pangku Pakdhe menjadi duduk seperti seorang joki yang sedang naik kuda balap berpacu dalam birahi dengan menduduki Pakdhe yang berbaring telentang. Gerakanku kian bebas. Dengan tangan bertumpu pada dada Pakdhe yang bidang aku terus menggerakan pantatku memutar dan maju mundur. Kelentitiku kian ketat tergesek batang kemaluan Pakdhe. Tanga Pakdhe yang memegang kedua pantatku semakin ketat mencengkeram dan membantu mempercepat gerakanku. Aku merasa tubuhku kembali mulai mengawang. Gerakanku kian tak terkendali. Mataku mulai membeliak dan mulutku menceracau tak karuan. Puncak pendakian kian dekat.. Kian dekat.. Dan akhirnya dengan merintih panjang tubuhku berkejat-kejat seperti sedang terkena aliran listrik. Lubang kemaluanku berdenyut-denyut saat ada sesuatu yang pecah di dalam sana.. Tubuhku berkejat-kejat beberapa saat lalu ambruk di atas perut Pakdhe. Aku benar-benar tak bertenaga. Ya akibat pistol gombyok Pakdhe aku mencapai orgasme yang kesekian kalinya. Luar biasa Pakdhe ku ini. Walaupun sudah tua namun mampu membuat aku yang masih ABG begini bertekuk lutut. Pakdhe yang rupanya belum mencapai orgasme segera membalikkan tubuhku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluanku. Sekarang tubuhku yang telentang gantian digenjot Pakdhe. Aku yang sudah tak bertenaga hanya pasrah. Pakdhe dengan semangat juang terus menggenjot selangkanganku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Pistol gombyoknya tanpa ampun menghajar lubang kemaluanku. Perlahan-lahan napsuku mulai bangkit lagi menerima tusukan-tusukan pistol gombyok Pakdhe. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada aku berusaha menyambut setiap tusukan pistol gombyok dengan menggoyangkan pantatku ke kanan dan kiri. Napas Pakdhe semakin memburu dan terdengar menggemuruh menghembus ke payudaraku yang dilumat bibir rakus Pakdhe. Genjotan Pakdhe semakin kuat dan bertubi-tubi. Desakan gejolak yang mendesak dalam tubuhku semakin menguat. Aku sudah hampir tak kuat lagi menahan desakan itu. Tubuhku kembali mengejang. Pantatku terangkat dan dengan merintih panjang aku mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan. Tubuhku terhempas di tempat kosong dan pandangan mataku makin nanar. Aku merasa betapa di saat-saat itu tubuh Pakdhe yang menindih perutku mulai bergetar. Mulutnya menggeram dahsyat dan pantatnya menekan kuat-kuat menghunjamkan pistol gombyoknya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe berkejat-kejat lalu aku merasa ada semprotan cairan hangat menyiram di dalam lubang kemaluanku. Ada rasa berdesir menyergapku saat semprotan itu menyembur ke liang rahimku. Tubuh Pakdhe tersentak-sentak lalu ambruk di atas perutku. Sungguh melelahkan pergumulan di pagi itu. Akhirnya aku tertidur karena terlalu lelah. Pagi itu Pakdhe benar-benar melampiaskan seluruh hasratnya pada tubuhku. Dari pagi hingga malam aku tidak dibiarkannya mengenakan pakaian utuh. Aku disetubuhi berkali-kali hari itu hingga selangkanganku terasa ngilu karena digenjot Pakdhe. Sejak kepergian Mbak Ningsih aku menjadi pelampiasan napsu Pakdhe. Minimal satu kali dalam satu minggu Pakdhe pasti minta jatah dariku. Selama tiga tahun aku menjadi budak napsu pistol gombyok Pakdhe hingga aku lulus SMU. Tiga tahun aku harus menjalani kehidupan sebagai sasaran tembak "pistol gombyok" Pakdhe. Ternyata hal seperti itu dialami juga oleh Mbak Ningsih. Dia bercerita kalau dulu pertama kali diperawani Pakdhe dirinya tidak sadar. Untuk selanjutnya ia juga diancam tidak akan dibiayai sekolah dan diusir kalau tidak mau memenuhi keinginan Pakdhe. Lalu setelah aku lulus, atas kebaikan Mbak Ningsih aku kuliah di salah satu PTS di kota Solo. Untuk menambah biaya karena tidak ingin terlalu memberatkan Mbak Ningsih aku terjun ke dunia pelacuran. Ya.. Akhirnya aku menjadi pelacur untuk membiayai kuliahku. Aku berjanji akan berhenti dari dunia ini setelah aku mempunyai cukup bekal.
Tamat
Read More